Senin, 09 Januari 2012

Marsinggo - NU & Muhammadiyah: Rakyat marah!

 Tanggal07 Jan 2012
SumberHarian Terbit
JAKARTA - Organisasi Islam di Indonesia, Muhammdiyah dan Nahdlatul Ulama, tampaknya menangkap gejala besar rakyat marah terhadap pemerintah. Kemarahan itu karena ketidakadilan dan aksi kekerasan aparat negara terhadap rakyat.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siradj mengemukakan rakyat terus dipertontonkan tindakan yang jauh dari rasa keadilan oleh aparatur negara. Mulai dari kasus pencurian sandal jepit dengan terdakwa anak berusia 15 tahun, konflik petani dengan polisi di Mesuji, baik Lampung maupun Sumatera Selatan, hingga penembakan terhadap rakyat oleh polisi saat mereka berunjuk rasa menentang kehadiran perusahaan tambang di Bima, Nusa Tenggara Barat.

"Rakyat pasti marah ketika pemerintah terus membiarkan ketidakadilan yang dilakukan aparatur negara. Jadi demi nama baik pemerintah dan aparat negara, khususnya polisi, sebaiknya mereka mulai berbenah memperbaiki diri," ujar Said, kemarin.

Said menegaskan rakyat tidak bisa merasakan keadilan jika setiap hari dipertontonkan ketidakadilan di hadapannya. Pencuri sandal jepit butut seperti AAL, remaja berusia 15 tahun, divonis bersalah sementara koruptor yang merugikan uang negara dan mencuri dari rakyat miliaran hingga triliunan rupiah kadang melenggang bebas, malah kalau pun dihukum, vonisnya sangat ringan.

"Pada kenyataannya yang korupsi miliaran sampai triliunan rupiah hanya dihukum satu atau dua tahun. Rasa kemanusian kita terusik. Bukan berarti mencuri sandal tidak salah, tetapi hukum juga harus mempertimbangkan rasa kemanusiaan dan keadilan masyarakat," ungkap Said.

Dia mengingatkan, pemerintah harus siap dengan konsekuensi menghadapi kemarahan rakyat yang terus-menerus melihat ketidakadilan yang terjadi terhadap mereka. Pemerintah harus mau mengoreksi diri, termasuk aparatur negara penegak hukum yang berada di bawah langsung kendali eksekutif.

Kejaksaan dan kepolisian agar memperbaiki diri dan bertindak adil terhadap rakyat. "Bila tidak, rakyat pasti marah dan berani menghadapi pemerintah," cetusnya, cetusnya kepada kcm.com.

Pemimpin sakit
Hal senada dikemukakan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin. Din menilai kondisi saat ini yang sakit bukan rakyatnya, tapi pimpinannya. "Ini bukan refleksi kebencian ya, tapi refleksi kegalauan," cetusnya.

Penilaian itu didasarkan oleh beberapa kasus peradilan yang tidak berpihak kepada rakyat kecil, seperti kasus pencurian sandal dan pencurian kakao. Seharusnya aparat penegak hukum lebih mengutamakan penyelesaian kasus-kasus besar yang berdampak kerugian pada negara.

"Kasus kecil yang dihadapi rakyat kecil kok cepat diproses. Kenapa kasus besar seperti Century, rekening gendut PNS, dan kasus lain tidak segera diproses. Ini ketidakadilan," tuturnya.

Kasus kekerasan di Mesuji dan Bima juga menjadi pehatiannya. Menurutnya, kasus-kasus tersebut terjadi karena negara yang lebih dulu melakukan kekerasan. "Mengapa rakyat melawan negara, karena negara duluan yang melakukan anarkisme pertama, yaitu negara merampas hak hidup dan hak sosial rakyat," lanjutnya.

Karena itu, dia menyarankan agar pimpinan negara segara melakukan perubahan. Jika tidak, ia khawatir konflik kekerasan akan meluas ke berbagai wilayah. "Harus ada big bang dari atas. Big bang di sini adalah gebrakan perubahan dari pimpinan negara. Kalau tidak ada, maka yang akan terjadi adalah big bang dari bawah, dari rakyat," tutupnya. (aw)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar