Kami tetap melakukan analisa rencana jangka yang
lebih panjang untuk menilai rancangan optimal terhadap tambang terbuka
Grasberg, yang dapat berpengaruh terhadap pengaturan waktu pengembangan
block cave Grasberg bawah tanah. Rencana kami yang terdahulu mencakup transisi dari tambang terbuka Grasberg ke block cave
Grasberg pada tahun 2015. PTFI berharap dapat menyelesaikan kajian yang
dilakukannya saat ini terhadap rencana berjangka lebih panjang, sebelum
akhir tahun 2006.
Kami mempunyai dua sarana
tram dari
mill
ke tambang. Yang pertama dibuat pada tahun 1971 dan saat ini digunakan
untuk membawa peralatan, bahan, dan orang, selain untuk mengangkut
bijih dari tambang ke mill. Ketika dibangun,
tram tersebut merupakan
tram udara dengan jarak bebas terpanjang didunia.
Tram kedua dibangun pada tahun 1989. Setelah pembangunan system
ore pass pada tahun 1989, kami tak lagi menggunakan
tram untuk mengirim bijih ke
mill.
Kami juga menggunakan CAT 777 untuk bongkar muat dan kegiatan pendukung lainnya.
Kami menggunakan beberapa alat bergerak untuk kegiatan pendukung;
Mitra Utama di Grasberg
dan pemeliharaan bor.
Pemeliharaan truk.
Tinggi kemiringan 15 meter dengan sudut muka 65°. Kemiringan berkisar
dari 34° hingga 48°, tergantung berbagai pertimbangan geoteknis.
Pengeboran dan Peledakan
Pola yang lazim digunakan 10 x 10 x 17 meter.
Bahan peledak ANFO.
Curah Hujan
Rata-rata 10mm/hari (145 inci/tahun).
Saat ini PTFI menerapkan dua teknik penambangan, yakni open-pit atau
tambang terbuka yang menggunakan truk pengangkut dan sekop listrik besar
di tambang Grasberg. serta teknik ambrukan atau block-caving pada
tambang bawah tanah Deep Ore Zone (DOZ).
Bijih yang telah dihancurkan diangkut ke pabrik pengolahan melalui
rangkaian ban berjalan dan ore pass. Gabungan teknik penghancuran
digunakan, termasuk penggunaan mesin Semi Autogenous Grinding (SAG) dan
Ball Mill untuk menghancurkan bijih tambang menjadi pasir yang sangat
halus.
Selanjutnya diikuti dengan proses pengapungan menggunakan reagent, bahan
yang berbasis alkohol dan kapur, untuk memisahkan konsentrat yang
mengandung mineral tembaga, emas dan perak, di mana mineral-mineral
tersebut mengapung ke permukaan dan diciduk permukaannya (skimmed-off)
sebagai produk akhir. Sisa dari batuan yang tidak memiliki nilai ekonomi
mengendap di bagian dasar sebagai tailing, dan dilepaskan melalui arus
sungai menuju daerah pengendapan di dataran rendah.
Konsentrat dalam bentuk bubur disalurkan dari pabrik pengolahan menuju
pabrik pengeringan di pelabuhan Amamapare, melalui pipa sepanjang 110
km. Konsentrat yang telah dikeringkan disimpan di pelabuhan Amamapare
sebelum dijual dan dikapalkan ke pabrik-pabrik peleburan di seluruh
dunia.
PTFI berkarya dalam kemitraan dengan Pemerintah Indonesia untuk
memberikan manfaat bagi bangsa Indonesia di samping ikut menyediakan
kebutuhan logam dunia.
PTFI terus berupaya menjadi model pembangunan ekonomi di Indonesia yang
mengolah sumber alam dan memaksimalkan manfaat sosial bagi bangsa
termasuk masyarakat Papua. Perusahaan juga berupaya meminimalkan dampak
lingkungan dan bertekad untuk terus memperbaiki setiap aspek operasi.
Kebijakan Pendakian Carstensz
PT Freeport Indonesia (PTFI) sebagai kontraktor Pemerintah Indonesia
yang bekerja di bawah Kontrak Karya adalah sebuah perusahaan yang
bergerak di bidang pertambangan. Sebagai sebuah perusahaan tambang,
PTFI tidak memiliki otoritas untuk memberikan akses jalan (izin
masuk) melalui wilayah operasi perusahaan ke gletser Carstensz/Meren
atau ke Puncak Jaya (Gunung Carstensz).
Rute pendakian ke kawasan Carstensz yang telah disetujui pemerintah
adalah melalui jalan setapak Illaga. Sejumlah pemberi jasa
menyediakan wisata melalui rute Illaga. PTFI sama sekali tidak
mempunyai hubungan apapun dengan organisasi-organisasi tersebut.
PTFI sangat menghargai keinginan besar para pendaki untuk dapat
sampai ke puncak Carstensz, namun adalah kebijakan perusahaan untuk
senantiasa mengedepankan aspek hukum dan keselamatan kerja, maka
PTFI tidak dapat membantu para pendaki gunung melakukan pendakian
melalui wilayah kerja PTFI maupun memberikan bantuan logistik untuk
keperluan tersebut.

Puncak Carstensz.
Kesehatan di Tempat Kerja
Sepanjang keberadaannya, pertambangan dipandang sebagai usaha yang
berbahaya dan penuh resiko. Mengenal dan menanggulangi resiko fisik yang
dapat terjadi dalam proses pertambangan menjadi komponen penting dari
program K3 kami. Dengan mengidentifikasi resiko-resiko tersebut
memungkinkan setiap operasi untuk mengurangi resiko tersebut, melalui
pengendalian teknis atau administrasi, maupun melalui penggunaan alat
pelindung diri. Pendekatan yang kami terapkan, dan akan tetap kami
terapkan adalah evaluasi berkesinambungan terhadap proses dan operasi
yang berpotensi bahaya. Apabila terdapat resiko yang teridentifikasi,
kami mengambil langkah untuk mengukur serta kemudian mengendalikannya
dengan tindakan proaktif guna menjaga kesehatan tenaga kerja kami.
Pernyataan kebijakan PTFI tentang HIV/AIDS mengakui keseriusan ancaman
HIV dan AIDS bagi tenaga kerja dan masyarakat setempat, serta
mengupayakan pengendalian penyebaran penyakit tersebut sesuai ketentuan
Pemerintah Indonesia dan rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia
(World Health Organization / WHO), Organisasi Perburuhan Internasional
(International Labor Organization / ILO), U.S. Center for Disease
Control and Prevention (CDC), dan badan kesehatan internasional lainnya
yang terkait. Sesuai kebijakan perusahaan tentang non-diskriminasi,
ketentuan pemerintah tentang HIV dan AIDS, dan doktrin ILO, PTFI
menganut pendekatan nondiskriminatif dan adil terhadap orang-orang
dengan HIV atau AIDS.
Siaga dan Tanggap Darurat
Kesiagaan dan ketanggapan darurat merupakan komponen mendasar dari
program K3 area kerja kami. Kami mempunyai 253 orang penanggap darurat
terlatih untuk menangani potensi keadaan darurat secara efektif. Kami
bekerja sama dengan badan-badan pemerintahan setempat untuk melakukan
identifikasi dan perencanaan berbagai skenario tanggapan untuk menjamin
koordinasi peralatan dan personil yang baik dalam rangka penanganan
potensi keadaan darurat.
Tim Tanggap Darurat Menangkan Kejuaraan Nasional
Tim Tanggap Darurat PTFI dinobatkan sebagai juara umum pada Kejuaraan
Nasional Tanggap Darurat ke-11 November 2008. Tim PTFI meraih tiga
medali emas dan dua medali perak selama acara satu pekan tersebut, yang
diikuti oleh 16 tim dari perusahaan nasional dan internasional
pertambangan, migas, dan industri lain. Anggota tim diseleksi dari
puluhan penanggap pertama penuh waktu yang sangat terlatih yang bekerja
di wilayah proyek PTFI dengan medan yang sulit, mulai dari tambang
Grasberg pada ketinggian 4.200 meters hingga sarana pelabuhan dekat
pantai Laut Arafura.
Kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PTFI
Program Produksi Secara Aman kami menetapkan sasaran peningkatan
berkesinambungan dalam kinerja K3 kami. Dengan menetapkan target K3
secara khusus pada setiap kegaitan operasi selama 2009, kami akan terus
memusatkan perhatian pada kinerja K3. Komponen yang dapat diukur dari
target K3 setiap lokasi menjadi bagian dari tinjauan kinerja tahunan
terhadap operasi tersebut pada akhir tahun.
Selama 2008, tingkat kerugian waktu kerja akibat insiden untuk setiap
200.000 jam kerja diantara karyawan PT Freeport Indonesia (PTFI)
mencapai 0,10, atau meningkat 29% dibanding 2007. Total tingkat cidera
yang dilaporkan adalah 0,37. Namun sangat disayangkan pada tahun
tersebut juga terjadi tiga kematian ditempat kerja. PTFI tengah
memusatkan perhatian untuk menerapkan pendekatan penilaian resiko guna
mencegah kecelakaan, menghindari kejadian kematian kedepan, dan
menekankan keterlibatan karyawan non-staf di dalam proses pengelolaan
K3.
Kematian di tempat kerja merupakan hal yang mutlak tidak dapat diterima,
dan kami sangat menyesalkan terjadinya kehilangan nyawa. Perusahaan
telah mengidentifikasi akar permasalahan kematian-kematian tersebut dan
tengah melaksanakan rencana tindakan guna mencegah kejadian ulang.
Selain itu, kami telah menerapkan program pengurangan kematian dari
ICMM.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan suatu hal yang mendasar dalam
perusahaan kami dan salah satu hal penting dalam pembangunan
berkelanjutan. Kami yakin bahwa setiap cidera dan penyakit di tempat
kerja dapat dicegah. “Produksi Secara Aman” mengungkapkan hakikat
filosofi kami bahwa pertimbangan keselamatan dan kesehatan merupakan
satu kesatuan dan selaras dengan semua fungsi manajemen lainnya di dalam
organisasi. Kami beranggapan bahwa prakarsa keselamatan dan kesehatan,
di tempat kerja maupun di luar tempat kerja, merupakan investasi
berharga bagi karyawan kami.
Mendorong karyawan untuk bertanggung jawab atas keselamatan dirinya dan
rekan kerjanya merupakan praktek usaha yang baik. Karena itu kami
mengedepankan keselamatan sebagai nilai yang mendasar dalam operasi
kami. Keselamatan menjadi ukuran utama yang diterapkan dalam pengelolaan
kinerja perusahaan dan program pengembangan karyawan untuk mendorong
praktek kerja yang aman di antara seluruh tenaga kerja kami.
Penerapan program K3 yang efektif dalam kegiatan operasi yang sedemikian
besar dan beragam – yang melibatkan lebih dari 20.000 karyawan dan
kontraktor di bidang pertambangan dan pengolahan bijih, arus bijih dan
pemrosesan, instalasi pembangkit listrik, angkutan darat, penerbangan,
kegiatan pelabuhan dan kapal laut, kota hunian, asrama dan sebuah hotel –
merupakan suatu usaha yang kompleks. Hal itu mencakup fokus pengelolaan
dan pengawasan; sistem pengelolaan K3 yang komprehensif bagi setiap
aspek operasional; pelatihan pengenalan, mendasar, keterampilan khusus
dan pengawasan – termasuk pengulangan materi pelatihan tahunan; serta
sistem untuk menjajaki hasil dan kemajuan yang telah dicapai dalam
mencapai sasaran K3.
Kami mempunyai komitmen untuk memberi dampak positif bagi masyarakat di
tempat di mana kami tengah melakukan kegiatan, karena hal ini bukan saja
merupakan strategi bisnis yang tepat, tetapi juga menjadi tanggung
jawab warga korporasi yang baik. Berkarya menuju pembangunan
berkelanjutan ikut memastikan lingkungan yang sehat bagi tenaga kerja
kami maupun masyarakat di dalam wilayah kegiatan kami yang hidup dan
berkembang, yang sangat penting bagi berlanjutnya keberhasilan kami.
Sebagai tamu dan salah satu pemangku kepentingan utama di dalam
masyarakat, PT Freeport Indonesia (PTFI) mempunyai komitmen untuk
menciptakan dan mendukung program pengalihan keterampilan kepada
masyarakat setempat serta menciptakan dampak positif yang permanen
setelah kegiatan pertambangan tidak ada lagi di wilayah itu.
Keterlibatan dan Pengembangan Masyarakat
Keterlibatan masyarakat merupakan suatu komitmen pembangunan
berkelanjutan yang mendasar. Tujuan kami adalah untuk menyatukan
asas-asas pembangunan berkelanjutan, termasuk kebutuhan dan perhatian
pemangku kepentingan kami ke dalam keputusan bisnis kami serta
memastikan pencegahan, peringanan dan memperbaiki dampak sosial yang
timbul dari kegiatan operasi kami. PT Freeport Indonesia (PTFI) telah
memberi kontribusi senilai lebih dari 55 juta dolar AS melalui donasi
sukarela, program pengembangan dan investasi dalam masyarakat lainnya
selama 2008.
Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. dan PTFI telah meluncurkan
Kebijakan Masyarakat baru yang disetujui Dewan Direksi perusahaan pada
awal 2009, yang menegaskan komitmen kami untuk melakukan peningkatan
berkesinambungan dipihak kami atas evaluasi sosial, interaksi dengan
pemangku kepentingan, kemitraan dengan masyarakat serta program
pengembangan setempat.
Program keterlibatan pemangku kepentingan mencakup upaya memahami
kebutuhan masyarakat; menyediakan berbagai sumber daya, termasuk
dukungan teknis dan dana; menawarkan pengetahuan dan keterampilan dari
perusahaan maupun sumber daya eksternal; serta memberi semangat kepada
karyawan sukarelawan untuk membantu masyarakat kami meningkatkan diri.
Membantu untuk membangun dan menjaga masyarakat sehat merupakan tanggung
jawab bersama PTFI dengan pemerintah daerah setempat, kelompok
masyarakat, tokoh pengusaha dan tokoh masyarakat lainnya. Adapun menjadi
kepentingan semua pihak untuk menciptakan masyarakat yang kuat serta
ekonomi yang sehat dan bertahan yang mampu bertahan dalam setiap kondisi
baik dan buruk yang lazim terjadi padaindustri pertambangan.
Kami percaya bahwa kami dapat sebaik-baiknya menjamin kelangsungan dan
keberhasilan jangka panjang dari masyarakat di sekitar kegiatan kami
melalui kerjasama yang erat dengan masyarakat tersebut. Dengan cara-cara
formal maupun tidak formal seperti pertemuan masyarakat, dewan dan
forum bersama, serta petugas pendamping masyarakat PTFI yang sehari-hari
bekerja bersama anggota masyarakat – kami berupaya mendapatkan masukan
dari pemangku kepentingan kami tentang permasalahan dan kebutuhan yang
menjadi prioritas masyarakat. Kami menggunakan masukan ini untuk
keperluan kemitraan dan keputusan investasi sosial serta pemberian amal
kami. Hal ini tidak saja mendukung pengembangan hubungan yang kuat dan
handal dengan anggota masyarakat, melainkan juga melancarkan pemanfaatan
terbaik investasi kami dalam masyarakat.
PT Freeport Indonesia (PTFI) merupakan perusahaan afiliasi dari
Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc.. PTFI menambang, memproses dan
melakukan eksplorasi terhadap bijih yang mengandung tembaga, emas dan
perak. Beroperasi di daerah dataran tinggi di Kabupaten Mimika Provinsi
Papua, Indonesia. Kami memasarkan konsentrat yang mengandung tembaga,
emas dan perak ke seluruh penjuru dunia.
Kompleks tambang milik kami di Grasberg merupakan salah satu penghasil
tunggal tembaga dan emas terbesar di dunia, dan mengandung cadangan
tembaga yang dapat diambil yang terbesar di dunia, selain cadangan
tunggal emas terbesar di dunia. Grasberg berada di jantung suatu wilayah
mineral yang sangat melimpah, di mana kegiatan eksplorasi yang
berlanjut membuka peluang untuk terus menambah cadangan kami yang
berusia panjang.
Tentang Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc.
Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. (FCX) merupakan perusahaan
tambang internasional utama dengan kantor pusat di Phoenix, Arizona,
Amerika Serikat. FCX mengelola beragam aset besar berusia panjang yang
tersebar secara geografis di atas empat benua, dengan cadangan
signifikan terbukti dan terkira dari tembaga, emas dan molybdenum. Mulai
dari pegunungan khatulistiwa di Papua, Indonesia, hingga gurun-gurun di
Barat Daya Amerika Serikat, gunung api megah di Peru, daerah
tradisional penghasil tembaga di Chile dan peluang baru menggairahkan di
Republik Demokrasi Kongo, kami berada di garis depan pemasokan logam
yang sangat dibutuhkan di dunia.
Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. merupakan perusahaan publik di
bidang tembaga yang terbesar di dunia, penghasil utama di dunia dari
molybdenum – logam yang digunakan pada campuran logam baja berkekuatan
tinggi, produk kimia, dan produksi pelumas – serta produsen besar emas.
Selaku pemimpin industri, FCX telah menunjukkan keahlian terbukti untuk
teknologi maupun metode produksi menghasilkan tembaga, emas dan
molybdenum.
FCX menyelenggarakan kegiatan melalui beberapa anak perusahaan utama; PTFI, Freeport-McMoRan Corporation dan Atlantic Copper.
Saat ini PTFI menerapkan dua teknik penambangan, yakni open-pit atau
tambang terbuka yang menggunakan truk pengangkut dan sekop listrik besar
di tambang Grasberg. serta teknik ambrukan atau block-caving pada
tambang bawah tanah Deep Ore Zone (DOZ).
Bijih yang telah dihancurkan diangkut ke pabrik pengolahan melalui
rangkaian ban berjalan dan ore pass. Gabungan teknik penghancuran
digunakan, termasuk penggunaan mesin Semi Autogenous Grinding (SAG) dan
Ball Mill untuk menghancurkan bijih tambang menjadi pasir yang sangat
halus.
Selanjutnya diikuti dengan proses pengapungan menggunakan reagent, bahan
yang berbasis alkohol dan kapur, untuk memisahkan konsentrat yang
mengandung mineral tembaga, emas dan perak, di mana mineral-mineral
tersebut mengapung ke permukaan dan diciduk permukaannya (skimmed-off)
sebagai produk akhir. Sisa dari batuan yang tidak memiliki nilai ekonomi
mengendap di bagian dasar sebagai tailing, dan dilepaskan melalui arus
sungai menuju daerah pengendapan di dataran rendah.
Konsentrat dalam bentuk bubur disalurkan dari pabrik pengolahan menuju
pabrik pengeringan di pelabuhan Amamapare, melalui pipa sepanjang 110
km. Konsentrat yang telah dikeringkan disimpan di pelabuhan Amamapare
sebelum dijual dan dikapalkan ke pabrik-pabrik peleburan di seluruh
dunia.
PTFI berkarya dalam kemitraan dengan Pemerintah Indonesia untuk
memberikan manfaat bagi bangsa Indonesia di samping ikut menyediakan
kebutuhan logam dunia.
PTFI terus berupaya menjadi model pembangunan ekonomi di Indonesia yang
mengolah sumber alam dan memaksimalkan manfaat sosial bagi bangsa
termasuk masyarakat Papua. Perusahaan juga berupaya meminimalkan dampak
lingkungan dan bertekad untuk terus memperbaiki setiap aspek operasi.
Perubahan Iklim dan Gas Rumah Kaca
Pada tahun 2008, jumlah total emisi ekuivalen karbon dioksida PTFI
mencapai 3,1 juta ton metrik, yang terutama berasal dari pembakaran BBM
pada truk angkut selain dari pembangkit tenaga listrik. Oleh karena kami
menghasilkan sendiri seluruh tenaga listrik kami, hal tersebut dapat
digolongkan sebagai emisi langsung. Emisi pada tahun 2008 lebih besar
15% dibanding tahun 2007, karena kami menambang bahan dengan kadar lebih
rendah dari tempat yang lebih dalam sehingga memerlukan lebih banyak
truk angkut dan daya listrik lebih besar untuk mendukung peningkatan
produksi bijih bawah tanah.
Penyebab utama dari emisi langsung kami berkaitan dengan peralatan
pertambangan. Pemasok utama kami telah menetapkan tujuan perusahaan
untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari produkproduknya sebesar 20%
hingga tahun 2020. Dalam jangka pendek, kami akan fokus untuk
meningkatkan efisiensi dalam penggunaan armada pengangkutan/truk kami
sebagai salah satu cara untuk mengurangi emisi langsung.
Mendukung Penelitian Perubahan Iklim di dalam Gletser Indonesia
Gletser Northwall Firn di Papua, Indonesia.
Sejumlah besar gletser dunia tengah mengalami penyusutan secara cepat.
Adapun gunung-gunung es tersebut menyimpan suatu sejarah perubahan iklim
dunia serta kejadian lingkungan lainnya, dan para ilmuwan iklim tengah
bekerja untuk mendapatkan sebanyak mungkin data dari gletser-gletser
tersebut. PTFI mensponsori dan mendukung sejumlah ekspedisi ilmiah ke
gletser dan kini berkomitmen mendukung suatu ekspedisi penelitian
penting terhadap gletser-gletser dekat Puncak Jaya di Provinsi Papua,
Indonesia, yang akan diselenggarakan pada tahun 2010. Melalui kerja sama
dengan Badan Meteorologi dan Geofisika Nasional, ekpedisi tersebut akan
menyertakan pakar-pakar internasional tersohor di bidang gletser dan
klimatologi dari Ohio State University dan Columbia University. Tujuan
penelitian tersebut adalah menggali inti es yang dapat mengungkap data
ilmiah berharga sebelum bukti tersebut sirna.
Program Pendidikan Lingkungan
PTFI mendukung program aktif pengabdian kepada masyarakat untuk membantu
karyawan dan penduduk setempat lebih menyadari lingkungan dan
hubungannya dengan mereka. Program tersebut memanfaatkan Daerah
Percontohan Reklamasi Tanggul Ganda, ekosistem alam sekitar, dan
kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan seperti laboratorium
lingkungan dan sarana pengelolaan limbah. Fokus dari program tersebut
adalah siswa dan guru, tetapi mencakup juga pemangku kepentingan
setempat, karyawan, pegawai pemerintahan, LSM setempat, media dan
anggota pasukan keamanan pemerintah. Kegiatan-kegiatan Hari Bumi, Hari
Lingkungan Hidup Dunia, dan Hari Kota Bersih disambut dengan semangat
oleh masyarakat setempat.
Gubernur Papua Barnabas Suebu menanam pohon bintangur di daerah
pengelolaan sirsat PTFI dalam rangka peringatan Hari Lingkungan Hidup
Sedunia.
Selama beberapa tahun kami membantu pelaksanaan Program Pendidikan
Lingkungan di sekolah-sekolah di sekitar wilayah PTFI. Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Papua tengah menganut
program tersebut untuk diterapkan pada sekolah-sekolah di seluruh Papua.
PTFI telah membantu pengembangan kurikulumnya.
Keanekaragaman Hayati
Wilayah proyek PTFI mencakup lahan seluas 292.000 hektar di Provinsi
Papua, Indonesia. Sekitar 26.000 hektar (9% dari seluruh wilayah
kontrak) digunakan untuk kegiatan produksi dan ekstraksi mineral.
Seluruh kawasan selatan Papua menunjukkan tingkat endemis tinggi dan
memiliki tingkat keanekaragaman hayati tertinggi di Asia Tenggara.
Kami telah memfasilitasi dan mendukung berbagai kajian ekologi dan
keanekaragaman hayati untuk pengelolaan keanekaragaman hayati yang
efektif. Kajian keanekaragaman hayati tersebut dilakukan bersama para
pakar Indonesia maupun internasional, termasuk survei terhadap
tumbuh-tumbuhan, etnobotani, tanaman obat, satwa mamalia, burung,
kupu-kupu, amfibia, reptil, ikan, fauna tanah, dan serangga perairan
maupun darat. Informasi yang tersedia menunjukkan kemungkinan
terdapatnya 50 spesies wilayah yang masuk Daftar Merah Spesies Terancam
dari International Union for Conservation of Nature (Badan Konservasi
Alam Dunia), yang sebagian besar disebabkan langkanya data karena masih
banyak yang harus dikerjakan di kawasan ini.
Program keanekaragaman hayati PTFI telah memberi sumbangan yang
signifikan bagi khazanah ilmu pengetahuan alam di Papua melalui berbagai
penemuan spesies baru, koleksi karya acuan, dan penerbitan makalah,
buku dan poster.
Sebagian besar karya kami di bidang keanekaragaman hayati dapat langsung
diterapkan dan tersedia bagi para peneliti yang ditugaskan untuk
mengembangkan rencana pengelolaan Taman Nasional Lorentz, yakni lahan
seluas 2,5 juta hektar yang pada tahun 1999 ditetapkan sebagai lokasi
Warisan Dunia (World Heritage Site) oleh Badan Pendidikan, Ilmu
Pengetahuan dan Budaya PBB (UNESCO). Menyerupai wilayah proyek PTFI
(yang lokasinya berdekatan), taman tersebut mencakup suatu transek utuh
berkesinambungan mulai dari pegunungan yang tinggi hingga kawasan laut
tropis, termasuk lahan basah yang sangat luas di sekitar dan sepanjang
garis pantai. PTFI tidak melakukan kegiatan operasi di dalam Taman
Nasional Lorentz.
Pengelolaan Limbah dan Pemanfaatan Energi
Program pengelolaan lingkungan PTFI menyangkut setiap aspek dari seluruh
kegiatannya, bukan hanya yang terkait dengan penambangan. Kami memiliki
sistem pengelolaan limbah yang komprehensif, yang menggunakan
prinsip-prinsip pemanfaatan ulang, pendauran ulang dan pengurangan.
Program minimalisasi limbah tersebut meliputi pengurangan limbah dan
penggantian bahan dengan produk-produk yang ramah lingkungan. Wadah
barang curah, minyak bekas, kertas bekas dan ban bekas semuanya
dimanfaatkan ulang secara lokal dengan cara yang ramah lingkungan. Bahan
lain yang dapat didaur ulang seperti besi tua dan baterai bekas
dikumpulkan dan disimpan di tempat penyimpanan sementara untuk
selanjutnya didaur ulang sesuai ketentuan Pemerintah Indonesia.
Limbah termasuk limbah B3 dalam jumlah kecil dipisahkan pada titik asal.
Pengumpulan, pengemasan dan penyimpanan limbah B3 yang ditimbulkan dari
pekerjaan uji kadar logam (assay) terhadap sampel bijih, laboratorium
analitika, sarana medik, dan proses lain dikelola dengan cara yang
sesuai dengan peraturan Pemerintah Indonesia. Limbah B3 dikirim ke
pengolah dalam negeri yang memiliki izin, dan tidak pernah melintasi
perbatasan internasional.
Limbah B3 PTFI ditangani pada tiga lokasi yang diperuntukkan secara
khusus, termasuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) untuk limbah tak
bergerak, dan TPA untuk limbah terurai dan limbah lainnya, yang diberi
lapisan pada bagian dalamnya dan dilengkapi sistem pengumpulan dan
pengolahan lindi. Kesepuluh Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) milik
kami dikelola sesuai dengan peraturan Pemerintah Indonesia. Mutu limbah
cair dari seluruh IPAL tersebut dipantau secara berkala terhadap
parameter pH, kebutuhan oksigen biologi, kebutuhan oksigen kimia, total
padatan tersuspensi dan lemak serta minyak sesuai baku mutu.
Kami mengembangkan rencana dan memperoleh persetujuan dari Kementerian
Lingkungan Hidup untuk memanfaatkan abu dari unit boiler pada sarana
pembangkit listrik milik kami yang menggunakan bahan bakar batubara,
yang dicampur dengan 5 hingga 10% semen untuk keperluan proyek infill
pada wilayah operasi. Hal ini berguna memanfaatkan timbunan abu kami
untuk keperluan produktif. Pada tahun 2008 lebih dari 350.000 meter
kubik abu telah dimanfaatkan.
Pemanfaatan Energi
Energi merupakan input yang signifikan bagi kegiatan pertambangan dan
pengolahan kami. Sumber utama energi kami adalah produk minyak bumi dan
batubara.
Di tahun 2008, kegiatan PTFI mengkonsumsi sekitar 15.500 terajoule bahan
bakar fosil cair dan 20.000 terajoule energi batubara. Energi tersebut
utamanya digunakan untuk menghasilkan tenaga listrik dan persediaan
bahan bakar untuk kendaraan truk yang digunakan dalam pertambangan
disamping kendaraan lain.
Kami secara aktif melakukan pengembangan, implementasi dan peralihan
menuju teknologi yang lebih bersih, lebih efisien dan lebih efektif
biaya, dan bermaksud mengembangkan peran sumber energi alternatif
melalui berbagai prakarsa pada operasi pertambangan kami dan masyarakat
setempat.
Pengelolaan Batuan Penutup dan Air Asam Tambang
Batuan Penutup (overburden) merupakan batuan yang harus disingkirkan
agar bijih yang ditambang dapat dijangkau dan diproses untuk memperoleh
logam bagi keperluan komersial. PTFI menangani materi tersebut sesuai
Rencana Pengelolaan Batuan Penutup yang telah disetujui oleh Pemerintah
Indonesia. Banyak logam terjadi di alam dalam bentuk mineral sulfida.
Ketika bijih ditambang dan batuan penutup yang mengandung sulfida
terpapar terhadap alam terbuka, maka air, oksigen dan bakteri yang
berada di alam bereaksi hingga berpotensi menimbulkan larutan asam
belerang. Air asam tersebut dapat melarutkan logam yang terkandung di
dalam batuan penutup dan menimbulkan dampak lingkungan yang buruk
terhadap sistem saluran air apabila tidak dikelola dengan baik. Proses
tersebut dikenal dengan nama air asam tambang.
Perusahaan menerapkan suatu penilaian resiko formal yang terfokus pada
pengelolaan batuan penutup dan sirsat. Prosedur Operasional Baku (SOP)
telah dikembangkan dan diimplementasikan berdasarkan penilaian resiko
tersebut.
Sesuai Rencana Pengelolaan batuan penutup yang telah disetujui
pemerintah, PTFI menempatkan batuan penutup pada areal-areal terkelola
di sekitar tambang terbuka Grasberg. Air asam tambang ditangkap dan
diolah atau dinetralisasi bersamaan dengan upaya pencampuran batu
gamping dan capping timbunan batuan penutup.
Tanaman alpin berbunga Anaphalis hellwigii (Eidelweiss Papua), yang
bernama Kawini dalam bahasa Amungme setempat, merupakan satu dari
puluhan spesies asli yang dilestarikan dan ditanam kembali di daerah
pengelolaan batuan penutup yang sudah dapat menjalani reklamasi.
Reklamasi dan Penghijauan Kembali
PTFI mempunyai komitmen untuk melakukan reklamasi maupun penghijauan
kembali (revegetasi) lahan terganggu ketika tidak lagi digunakan untuk
kegiatan pertambangan. Kami telah melakukan penelitian ilmiah dan
program reklamasi bertahun-tahun di kawasan dataran tinggi maupun
dataran rendah di dalam wilayah proyek untuk menghasilkan data handal
terkait beberapa opsi reklamasi lahan.
Dataran Tinggi
Ekosistem dataran tinggi dibentuk oleh kondisi-kondisi ekstrim
lingkungan termasuk suhu malam hari yang sangat rendah dengan intensitas
sinar matahari yang tinggi pada siang hari disertai masa fotosintesa
pendek, kabut tebal, curah hujan tinggi, dan tanah yang miskin nutrisi.
Tanaman yang tumbuh di daerah tersebut sifatnya sangat khusus karena
harus bertahan untuk hidup pada kondisi sulit tersebut. Sejumlah besar
spesies tersebut termasuk rumput-rumputan asli dan beberapa spesies
rhododendron dan lumut ditemukan cocok untuk reklamasi lahan timbunan
overburden.
Kami memantau kinerja dari berbagai tehnik penanaman dan memodifikasi
program untuk meningkatkan keberhasilan jangka panjang. Selama 2008,
lebih dari 50 hektar lahan terganggu pada kawasan tambang di dataran
tinggi telah dihijaukan kembali sebagai bagian dari program reklamasi
jangka panjang.
Dataran Rendah
Kajian kami terhadap reklamasi sirsat dan pembuatan lahan percontohan di
atas endapan sirsat membuktikan bahwa sirsat tidak beracun bagi tanaman
hutan asli dan tanaman pertanian. Kajian-kajian tersebut juga
menghasilkan data penting tentang rentang jumlah spesies tanaman yang
dapat tumbuh subur di atas media sirsat.
Daerah sirsat cocok untuk ditanami berbagai tanaman pertanian apabila
sirsat ditingkatkan dengan karbon organik. Tujuan program reklamasi dan
penghijauan kembali PTFI di daerah dataran rendah adalah untuk
memperagakan cara-cara berkelanjutan guna mengalihfungsikan endapan
sirsat menjadi lahan bermanfaat yang produktif, atau mengembalikannya
manjadi lahan yang ditumbuhi tanaman asli, ketika kegiatan pertambangan
telah usai.
Hingga akhir 2008 lebih dari 160 spesies tanaman berhasil tumbuh di atas
tanah yang mengandung sirsat. Hal ini termasuk tanaman penutup jenis
kacang-kacangan (legume) untuk pakan ternak; jenis pohon asli seperti
casuarina, matoa, kayu putih (eucalyptus) dan kelapa; tanaman pertanian
seperti nanas, melon, tebu, sagu dan pisang; serta sayur-mayur dan
tanaman biji-bijian seperti cabai, ketimun, tomat, padi, jagung, kacang
dan labu. Strategi reklamasi sirsat lain adalah membiarkan terjadinya
suksesi ekologi alami (pertumbuhan spesies asli secara alami) pada
kawasan yang telah ditentukan. Sebuah proyek penelitian independen
tentang suksesi alami tanaman di atas daerah pengendapan menemukan bahwa
dalam kurun waktu hanya beberapa tahun, lebih dari 500 spesies tanaman
berhasil melakukan kolonisasi dan tumbuh dengan baik.
Pada Juli 2008 Menteri Lingkungan Hidup menerbitkan Surat Keputusan (SK)
khusus tentang pengelolaan pengendapan sirsat didalam wilayah proyek
PTFI. SK tersebut memberi batasan jumlah sirsat dan sedimen alami yang
boleh lolos melalui daerah sirsat kedalam estuaria atau lautan. PTFI
tengah menanggulangi permasalahan tersebut sejak sepuluh tahun terakhir
melalui berbagai program teknik dan biologi.
Lahan baru yang terbentuk di dalam estuaria dari sirsat dan sedimen
alami yang lolos telah mengalami kolonisasi bakau tanpa bantuan. Selama
beberapa tahun terakhir, puluhan spesies bakau, kepiting, udang, siput,
kerang, ikan dan cacing laut telah diidentifikasi pada lahan-lahan yang
baru terbentuk tersebut. Guna mempercepat proses suksesi primer pada
lahan yang baru terbentuk tersebut, PTFI menanam ratusan pohon bakau di
kawasan tersebut seraya mempekerjakan warga Kamoro yang merupakan
masyarakat tradisional daerah dataran rendah. Pemantauan terhadap proyek
tersebut menunjukkan bahwa laju pertumbuhan dan kehidupan bibit yang
ditanam tersebut menyerupai laju yang dilaporkan untuk program
kolonisasi di seluruh dunia sebagaimana dijelaskan dalam berbagai karya
ilmiah.
Pengelolaan Pasir Sisa Tambang
Salah satu limbah dengan jumlah terbesar yang dihasilkan kegiatan
operasi kami adalah pasir sisa tambang (sirsat / tailings) – yaitu sisa
dari proses pengolahan bijih berupa batuan halus dan air. Proses
pengolahan bijih PTFI adalah proses fisik di mana bijih digerus halus
dan mineral mengandung tembaga dan emas dipisahkan dari partikel batuan
yang tidak memiliki nilai ekonomis. Dikarenakan keadaan topografi,
kegiatan seismik, serta curah hujan tahunan yang melebihi 10 meter pada
beberapa lokasi, kami menerapkan sistem pengelolaan sirsat yang
memanfaatkan sungai untuk mengalirkan sirsat menuju suatu daerah yang
telah ditentukan di dataran rendah dan kawasan pesisir yang disebut
Daerah Pengendapan Dimodifikasi (Modified Deposition Area/ModADA).
Daerah pengendapan menjadi bagian dari bantaran banjir sungai tersebut,
dan merupakan suatu sistem yang direkayasa dan dikelola untuk
pengendapan dan pengendalian sirsat.
Tanaman pertanian, pohon-pohon buah dan tanaman lain berhasil tumbuh di
pusat penelitian ilmiah sehingga memberi masukan penting bagi
pertimbangan reklamasi ke depan.
Sistem pengelolaan tersebut dijalankan sesuai rencana pengelolaan sirsat
PTFI yang komprehensif, yang telah disetujui oleh Pemerintah Indonesia
setelah melalui sejumlah besar kajian tehnik dan proses peninjauan
selama beberapa tahun. Sistem tersebut melibatkan konstruksi struktur
penampungan menyamping (lateral) atau tanggul pada daerah pengendapan.
Dikemudian hari tanggul tersebut diperpanjang dan pekerjaan berlangsung
secara berkesinambungan untuk berbagai penyempurnaan sistem, termasuk
pemeriksaan, pemantauan dan pekerjaan fisik. Kami melakukan evaluasi dan
pembaharuan rencana pengelolaan sirsat secara berkesinambungan untuk
meminimalisasikan resiko. Apabila kegiatan pertambangan telah usai,
menurut penelitian kami daerah pengendapan tersebut dapat direklamasi
dengan tumbuh-tumbuhan asli atau dimanfaatkan untuk keperluan pertanian,
kehutanan maupun budidaya air. Biaya rata-rata pelaksanaan program
pengelolaan sirsat tersebut selama tiga tahun terakhir mencapai sekitar
15,5 juta dolar AS per tahun.
Kami telah mengimplementasikan suatu program pemanfaatan ulang sirsat
sebagai bahan campuran beton untuk pembangunan infrastruktur setempat.
Pada 2007 dan 2008 kami membangun jalan dengan panjang total 39
kilometer di Provinsi Papua dengan memanfaatkan sirsat sebagai komponen
utamanya. Kami juga membuat bata, membangun jembatan, areal parkir, dan
sejumlah bangunan. Tanggapan dari pemerintah dan masyarakat setempat
cukup positif dan kami bermaksud melanjutkan upaya tersebut pada
tahun-tahun mendatang.
Dari Pasir Menjadi Tanah: Suatu Alih-fungsi Alami Dalam Pengelolaan Sirsat
PTFI mendukung dan memfasilitasi penelitian yang dilakukan Sartji
Taberima, seorang peneliti dan dosen Universitas Negeri Papua bersama
mahasiswa pasca sarjana dari Institut Pertanian Bogor (IPB), terhadap
evolusi sirsat menjadi tanah di dalam Daerah Pengendapan Dimodifikasi
Ajkwa (Modified Ajkwa Deposition Area / ModADA). Pada tahun 2005 telah
dilakukan penelitian lapangan selama sembilan bulan. Hal ini dilanjutkan
dengan analisa laboratorium yang berlanjut hingga Juli 2006. Disertasi
doktor Sartji selesai pada tahun 2008. Penelitian tersebut bertujuan
mengkaji sifat tanah yang beralihragam dari sirsat. 2008, Sartji
melanjutkan pendidikannya di Perth, Australia.
Penelitian tersebut mencakup lahan percontohan “Tanggul Ganda” seluas
1.500-hektar di dalam daerah pengendapan sirsat. Penelitian diawali
dengan identifikasi terhadap spesies tumbuhan dominan. Kemudian sifat
tanah yang terbentuk dari sirsat diamati melalui penyusunan profil yang
mewakili dan sampel sirsat dari setiap lapisan untuk dianalisa di
laboratorium. Dua orang guru besar dari IPB bersama para ahli tanah yang
bertindak sebagai pengawas penelitian dan sponsor juga mengamati dan
mengawasi secara langsung penelitian tersebut, yang menunjukkan bahwa
dalam kurun waktu 8-20 tahun, sirsat di dalam lapisan permukaan (kurang
dari 50 sentimeter) daerah pengendapan telah berkembang menjadi tanah
dan dapat digolongkan sebagai entisol (tanah yang sangat muda).
Di dalam areal penelitian, tanaman berhasil tumbuh secara alami tanpa
intervensi manusia. Phragmites karka merupakan spesies rumput-rumputan
perintis yang tumbuh di kawasan dataran rendah dengan toleransi terhadap
kondisi basah, dan dapat mencapai ketinggian hingga 4 meter, selain
memiliki akar berlimpah. Spesies ini mendorong peningkatan bahan
organik, memperbaiki struktur tanah, mencegah terbuangnya unsur hara,
dan membantu retensi partikel sirsat yang halus. Akar-akarnya juga
menghasilkan materi organik yang ikut mendorong pertumbuhan tanaman lain
pada tahap suksesi berikutnya.
Penanaman tanaman penutup memberi sumbangan positif bagi evolusi sirsat
menjadi tanah. Hal ini karena tanaman penutup seperti jenis leguminosae
mengambil nitrogen dari udara bekerjasama dengan bakteri Rhizobium yang
ditemukan di dalam nodul akar. Penambahan materi organik pada reklamasi
juga mendorong pertumbuhan tanaman berkayu seperti Matoa dan spesies
lain.
Audit Lingkungan
Audit lingkungan PTFI menyediakan informasi kepada para manajer kami
tentang kinerja yang tengah berlaku selain membantu dalam
mengidentifikasi peluang perbaikan. Kami menanggapi audit tersebut
dengan membuat rencana kerja untuk melaksanakan saran yang disampaikan
para auditor.
PTFI menjadi peserta Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan
Dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER) yang diselenggarakan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup. Penilaian peringkat kinerja tersebut
sebagian besar dibuat berdasarkan kinerja perusahaan dalam mengelola
buangan limbah cair, emisi udara dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3). Audit PROPER yang terakhir diselenggarakan pada awal 2009, namun
hasilnya belum diumumkan. Selain itu, kegiatan PTFI telah menjalani
audit eksternal independen tiga-tahunan yang kelima pada akhir tahun,
dan hasil audit tersebut telah dimuat pada situs web
Kebijakan Lingkungan PTFI
PT Freeport Indonesia (PTFI) - afiliasi dari Freeport-McMoran Copper
& Gold Company (FCX) - adalah perusahaan penambangan dan eksplorasi
yang menyadari tugas dan tanggung-jawabnya dalam pelestarian sumber daya
alam dan pembangunan yang berkelanjutan, khususnya di Provinsi Papua.
Untuk mencapai komitmen ini, PTFI akan:
* Mematuhi semua hal yang terkait dengan peraturan dan
perundang-undangan lingkungan yang berlaku, komitmen-komitmen lingkungan
yang secara sukarela diikuti, dan ketentuan Kebijakan Lingkungan FCX.
* Mengupayakan pencegahan pencemaran lingkungan.
* Mengupayakan perbaikan yang berkesinambungan dengan
mengimplementasikan sistem manajemen yang menetapkan tujuan dan sasaran
berdasarkan data yang absah dan berlandaskan ilmu pengetahuan yang
tepatm dengan mengkaji ulang sasaran yang ditetapkan dalam Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
serta melalui audit internal maupun audit eksternal berkala.
* Memastikan bahwa pertimbangan lingkungan menjadi bagian integral pada
setiap tahap perencanaan, perekayasaan, dan pengoperasian.
* Bekerja sama dengan masyarakat di sekitar wilayah kerja dengan prinsip saling menghormati dan mengembangkan kemitraan aktif.
* Memfasilitasi dan mendukung penggunaan kembali daur ulang dan
pembuangan yang bertanggung jawab dari produk yang digunakan dalam
operasional.
* Berkontribusi dalam konservasi keanekaragaman hayati dan pendekatan terintegrasi dalam rencana penggunaan lahan.
* Memastikan bahwa kebijakan ini didokumentasikan, disampaikan kepada
seluruh karyawan dan semua orang yang bekerja mewakili perusahaan, dan
terbuka untuk semua pihak.
Semua anggota Komite Eksekutif PTFI menerima tanggung-jawab yang dinyatakan dalam komitmen ini.
PT Freeport Indonesia (PTFI) berkomitmen untuk mengelola dan
meminimalisasi dampak kegiatan operasinya terhadap lingkungan, menjaga
dan meningkatkan kualitas lingkungan serta meningkatkan kinerja kami
secara berkesinambungan. Sebagai bagian dari Kebijakan Lingkungan, kami
menggunakan strategi pengelolaan resiko berdasarkan data yang sah dan
ilmu pengetahuan yang mumpuni.
Kami melakukan audit internal maupun eksternal terhadap lingkungan
secara rutin guna mengevaluasi ketaatan lingkungan kami, serta sistem
dan praktek pengelolaannya. Karyawan diseluruh organisasi mengemban
tanggung jawab langsung untuk memelihara lingkungan dan mengembangkan
rencana kerja berdasarkan hasil audit. Program lingkungan kami
berpedoman kepada persyaratan pada Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) yang kami serahkan setiap tahun
kepada pemerintah sesuai persyaratan dalam Analis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL), selain sesuai kewajiban menurut peraturan dan
perizinan terkait yang dikeluarkan pemerintah.
Pada 2008 kami melaporkan kinerja lingkungan kami terhadap indikator G3
Prakarsa Pelaporan Global (Global Reporting Initiative / GRI). Kami
melakukan penyesuaian terhadap beberapa indikator 2007 yang telah
dilaporkan sesuai pedoman GRI untuk membandingkan indikator atas dasar
yang sama. Sebagai bagian dari transisi kami di tahun 2008/2009 untuk
melaksanakan Kerangka Kerja Pembangunan Berkelanjutan ICMM, kami pun
mengembangkan suatu proses untuk mengidentifikasi resiko dan peluang
yang penting. Pada awal 2009, induk perusahaan kami Freeport-McMoRan
Copper & Gold Inc. menetapkan sasaran dan tujuan kinerja yang akan
menjadi acuan laporan kami pada tahun berikutnya. Sasaran dan tujuan
yang berlaku untuk seluruh perusahaan tersebut akan dicantumkan di dalam
laporan G3 GRI 2008 kami, yang akan dimuat pada situs web kami di
www.ptfi.co.id.
Halaman Depan > Kerangka Kerja ICMM untuk Pembangunan Berkelanjutan
Manfaat Ekonomi
Komitmen Kami terhadap Pembangunan Berkelanjutan
Kerangka Kerja ICMM untuk Pembangunan Berkelanjutan
Selaku anggota pendiri dari International Council on Mining and Metals
(ICMM / Dewan Internasional tentang Pertambangan dan Logam),
Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. menganut Kerangka Kerja
Pembangunan Berkelanjutan dari ICMM, dan komitmen ini melandasi upaya
kami untuk mengenal dan mengelola berbagai tantangan dan peluang di
seluruh operasi kami. Kerangka kerja tersebut (www.icmm.com) terdiri
dari tiga unsur yang wajib dipenuhi oleh anggota korporasi:
1) melaksanakan 10 Asas Pembangunan Berkelanjutan ICMM di seluruh
kegiatan usaha, 2) membuat laporan sesuai Global Reporting Initiative
(GRI / Prakarsa Pelaporan Global), pedoman G3 serta Mining and Metals
Sector Supplement, dan 3) memberi jaminan secara independen bahwa
komitmen kami tengah dipenuhi.
Pada tahun 2009 kami mengembangkan dan melaksanakan pendekatan berbasis
resiko terhadap seluruh Portofolio kegiatan kami dalam rangka lebih
menegaskan, mengelola dan memantau tantangan dan peluang pembangunan
berkelanjutan yang terpenting bagi pemangku kepentingan kami, maupun
usaha kami. Kami pun akan memenuhi komitmen jaminan dengan melaporkan
hal-hal sebagai berikut:
* Penyelarasan kebijakan keberlanjutan kami dengan 10 Asas Pembangunan
Berkelanjutan ICMM maupun persyaratan wajib yang tertuang di dalam
pernyataan posisi ICMM;
* Resiko dan peluang penting pembangunan berkelanjutan yang kami hadapi
berdasarkan tinjauan yang dilakukan terhadap kegiatan usaha kami maupun
informasi dari pemangku kepentingan;
* Keberadaan dan status berbagai sistem dan pendekatan yang digunakan
dalam pengelolaan resiko dan peluang penting pembangunan berkelanjutan
tersebut;
* Kinerja kami terkait resiko dan peluang pembangunan berkelanjutan yang telah diidentifikasi; dan
* Pengungkapan wajib dalam pengajuan peringkat A+ pada Pedoman Pelaporan Keberlanjutan dari GRI (G3).
10 Asas Pembangunan Berkelanjutan ICMM
Laksanakan dan pertahankan praktek berbisnis yang etis serta sistem tata kelola korporasi yang sehat
Padukan pertimbangan pembangunan berkelanjutan ke dalam proses pembuatan keputusan korporasi
Tegakkan hak asasi manusia dan hormati budaya, adat dan nilai-nilai
dalam setiap hubungan dengan karyawan maupun pihak lain yang terkena
dampak dari kegiatan kami
Lakukan strategi pengelolaan resiko berdasarkan data yang sah dan ilmu pengetahuan yang mumpuni
Terus tingkatkan kinerja kesehatan dan keselamatan
Terus tingkatkan kinerja lingkungan
Beri sumbangan terhadap konservasi keanekaragaman hayati dan pendekatan terpadu dalam perencanaan tata guna lahan
Permudah dan dukung rancangan yang bertanggung jawab, pemanfaatan,
pemanfaatan ulang, daur ulang, dan pembuangan dari produk-produk kami
Beri sumbangan terhadap pengembangan sosial, ekonomi dan kelembagaan di masyarakat di mana kami tengah melakukan kegiatan
Lakukan secara efektif dan transparan setiap hubungan, komunikasi, dan
pelaporan yang diverifikasi secara independen bersama pemangku
kepentingan kita
Rangkuman Resiko dan Peluang Penting
Laporan ini meliputi serangkaian luas topik yang beragam yang menjadi
perhatian para pemangku kepentingan kami. Dalam pandangan kami,
permasalahan terpenting bagi Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. dan
PTFI adalah yang dipersoalkan oleh berbagai kelompok pemangku
kepentingan, di dalam maupun dari luar perusahaan, dan yang menghadirkan
resiko terbesar bagi keberhasilan usaha kami apabila tidak dikelola
secara bertanggung jawab.
Pada tahun 2008, seiring dengan peralihan ke arah pendekatan berbasis
resiko dalam rangka berkarya menuju pembangunan berkelanjutan, kami
mengawali suatu kegiatan komprehensif dan multi-disiplin untuk mengenal
resiko dan peluang pembangunan berkelanjutan bagi perusahaan. Salah satu
tantangan yang kami hadapi pada masa peralihan ini adalah pengembangan
dan pelaksanaan sebuah proses untuk membaurkan sudut pandang internal
maupun eksternal terhadap resiko tentang keberlanjutan.
Kami menempuh pendekatan berimbang terhadap pengenalan resiko dan
peluang penting yang dipaparkan di dalam laporan ini. Topik-topik
keberlanjutan utama yang menjadi perhatian para pemangku utama telah
diidentifikasi melalui evaluasi data dan penilaian oleh suatu kelompok
wakil perusahaan yang berinteraksi secara teratur dengan masyarakat
setempat, instansi pemerintah, karyawan, pelaksana usaha, para investor,
organisasi non-pemerintah, dan kelompok-kelompok lain. Hasil dari
survei internal tentang materialitas permasalahan dan komunikasi dengan
para pemangku kepentingan memungkinkan kami menentukan prioritas atas
permasalahan penting yang utama.
Tabel di bawah ini menguraikan secara singkat isu-isu penting berkaitan
dengan keberlanjutan dari PTFI (urutan dari daftar ini tidak dimaksudkan
untuk menggambarkan urutan kepentingan dari isu-isu tersebut).
LINGKUNGAN
Dampak Lingkungan
Kegiatan pertambangan dapat menimbulkan dampak buruk terhadap tanah,
udara dan air. Dampak terbesar yang ditimbulkan oleh kami, yang disebut
sebagai tapak jejak, dikaitkan dengan pengelolaan material padat seperti
pasir sisa tambang (sirsat / tailings) dan timbunan batuan penutup
(overburden). Apabila kami tidak melakukan identifikasi, pengendalian,
minimalisasi dan mitigasi secara tepat terhadap dampak lingkungan dari
kegiatan kami, maka resiko yang ditimbulkan, termasuk ketidaktaatan
terhadap kewajiban kami sesuai peraturan, berpotensi menimbulkan
kegiatan penutupan yang mahal, selain kecaman masyarakat luas.
Penggunaan Energi, Perubahan Iklim dan Gas Rumah Kaca
Kegiatan pertambangan kami memerlukan energi dalam jumlah besar, dan
pada tahun 2008 biaya energi kami mencapai sekitar25% dari biaya
produksi tembaga terkonsolidasi. Sumber energi kami yang utama adalah
produk minyak bumi dan batubara.
SOSIAL
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan merupakan salah satu “Nilai Mendasar” perusahaan kami. Kami
percaya bahwa semua cidera dan penyakit akibat pekerjaan dapat dicegah.
Tumpuan kami pada “Produksi Aman” menangkap hakikat filsafat kami bahwa
pertimbangan keselamatan dan kesehatan merupakan bagian yang tak
terpisahkan, dan sejalan, dengan semua fungsi manajemen lain di dalam
organisasi kami. Setiap kejadian cidera ditempat kerja merupakan hal
yang tidak dapat diterima, dan kami sesalkan terjadinya tiga kematian
selama kegiatan operasional kami di tahun 2008.
Pertambangan Rakyat
Kami menyadari bahwa pertambangan rakyat, kendati tanpa izin, dapat
menjadi sumber penghasilan yang penting bagi ekonomi berkembang di
lokasi pedalaman yang terpencil. Di dalam wilayah proyek PTFI terdapat
sejumlah besar penambang rakyat yang mendulang emas tanpa ijin pada
daerah aliran sungai Otomona, sehingga menimbulkan keprihatinan tentang
bahaya terhadap lingkungan, kesehatan dan keselamatan yang lazim
dihubungkan dengan praktek pertambangan rakyat. Kami berupaya
memperhatikan bahaya tersebut melalui koordinasi dan sosialisasi
berkesinambungan bersama masyarakat dan Pemerintah Daerah setempat.
Masyarakat Asli
Agar kami dapat tetap beroperasi dengan izin sosial, kami mengakui dan
secara aktif menjalin hubungan dengan masyarakat asli disekitar Wilayah
Proyek kami. Melalui rundingan kami mencapai kesepakatan dengan dua suku
yang paling terkena dampak dari kegiatan pertambangan kami, di mana
kami memberi pembayaran kepada kedua kelompok masyarakat tersebut
sebagai pengakuan (rekognisi) atas hak ulayat mereka. Kami pun mendukung
program yang mengedepankan, melindungi dan melestarikan warisan budaya
asli mereka.
Komunitas
Mitra kami dari masyarakat setempat peduli dengan dampak dan peluang
yang berhubungan dengan kegiatan pertambangan, termasuk manfaat bagi
pengembangan masyarakat yang diperoleh dari pertambangan, seraya
menghindari ketergantungan masyarakat pada kegiatan pertambangan.
Interaksi dengan anggota masyarakat secara konsisten dan transparan
sepanjang siklus usia proyek sangat penting bagi keberhasilan operasi
kami, selain membangun kemitraan dengan masyarakat dan pemerintah
setempat menuju pembangunan yang positif, berjangka panjang dan
berkelanjutan.
EKONOMI
Keamanan dan Hak Asasi Manusia
Tantangan yang kami hadapi adalah penegakan dan perlindungan hak-hak
asasi manusia serta penyediaan mekanisme untuk melaporkan, meninjau dan
memproses setiap keluhan terkait. Melalui pendekatan tersebut kami
bertujuan menjamin hubungan yang profesional dan saling menghormati
antara personil pasukan keamanan pemerintah, karyawan perusahaan dan
masyarakat setempat di lokasi kerja kami.
PT Freeport Indonesia (PTFI) merupakan anak perusahaan Freeport-McMoRan
Copper & Gold Inc. yang bergerak di bidang pertambangan di
Indonesia. Selaku salah satu penghasil terbesar tembaga dan emas di
dunia, PTFI menyadari pentingnya logam bagi ekonomi dunia saat ini.
Pemenuhan kebutuhan kita atas barang tersebut harus diimbangi dengan
kewajiban sosial dan lingkungan sehingga dalam memenuhi kebutuhan
generasi saat ini, hendaknya kita tidak membahayakan kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Inilah doktrin pokok dari
“pembangunan berkelanjutan” yang mendasari komitmen kami.
Selaku anak perusahaan Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc., PTFI
menganut dan mentaati kebijakan-kebijakan organisasi induk menyangkut
etika, sosial dan lingkungan. Kebijakan kuat memandu PTFI menempuh jalan
menuju pembangunan berkelanjutan. Pengalaman kami selama 40 tahun telah
membentuk pelaksanaan kebijakan tersebut di antara masyarakat. Komitmen
menjalankan transparansi memungkinkan pemangku kepentingan kami untuk
memantau kinerja kami.
Kami memikul tanggung jawab yang telah diamanahkan Pemerintah Indonesia
kepada kami selaku pengelola mineral yang kami tambang di Provinsi
Papua. Kami menambang cadangan tembaga dan emas terbesar di dunia, dan
wawasan perencanaan kami membentang berpuluh-puluh tahun kedepan. Kami
tidak mungkin membuat perencanaan tersebut secara sepihak. Kegiatan
kami, proyek dan program kami dilakukan dengan bermitra bersama
Pemerintah Indonesia, Provinsi Papua, Kabupaten Mimika dan masyarakat di
sekitar kami – yang semuanya berkepentingan menyaksikan kontribusi kami
membuahkan masa depan berkelanjutan yang bermanfaat bagi semua pihak.
Kami menjalin hubungan yang aktif serta senantiasa berdialog bersama
para pemangku kepentingan guna menjamin keberhasilan bersama.
Kendati industri kami mengalami gejolak menurunnya pasar secara
tiba-tiba pada akhir 2008, PTFI berhasil mempertahankan posisinya
sebagai salah satu penghasil utama tembaga dan emas dan merupakan
pemberi sumbangan terbesar bagi pengembangan ekonomi di Indonesia dan
Papua. Pembayaran kami dalam bentuk pajak, royalti, dividen dan berbagai
iuran kepada Pemerintah Indonesia pada tahun 2008 saja mencapai sekitar
1,2 miliar dolar AS. Sejak dimulainya kontrak kami yang berlaku saat
ini dengan pemerintah Indonesia pada tahun 1992, manfaat langsung bagi
Indonesia telah mencapai nilai lebih dari 8 miliar dolar AS. Kami
merupakan penyedia kerja swasta terbesar di Papua, selain salah satu
wajib pajak terbesar di Indonesia. Selain itu kegiatan PTFI telah
memberi sumbangan dengan berbagai cara lain kepada Indonesia dan Papua.
Dukungan sukarela yang kami berikan bagi pengembangan masyarakat,
pengakuan kam
atas hak ulayat masyarakat setempat,
serta pengeluaran kami untuk program pengelolaan lingkungan mencapai
jumlah yang besar. Pada halaman-halaman berikut, akan disajikan
informasi yang cukup rinci tentang komitmen kami dan manfaat serta
peluang ekonomi yang tercipta dari kegiatan kami.
Kami menghargai tanggapan dan kepedulian para karyawan dan pemangku
kepentingan di masa penuh tantangan ini. Kendati kami telah menyesuaikan
rencana usaha kami seiring dengan kondisi ekonomi saat ini, komitmen
kami di bidang lingkungan, ekonomi dan sosial tidak pernah surut.
Semangat dedikasi dan kerjasama dari seluruh pemangku kepentingan sangat
penting untuk mendukung upaya pembangunan berkelanjutan kami, pada saat
ini hingga jauh di masa depan.
PT Freeport Sehari "Ngembol" 102 Kg Emas
Islam Times- "Bayangkan berapa besar keuntungan yang telah didapat.
Tetapi dana yang diberikan bagi masyarakat asli pemilik ulayat hanya
satu persen, dan itupun sampai saat ini masih menjadi persoalan karena
diperebutkan banyak pihak," terangnya
PT Freeport Sehari "Ngembol" 102 Kg Emas
Direktur Lembaga Analisa Kebijakan Daerah (Lakeda), Lamadi de Lamato
mengatakan, kedatangan presiden SBY, di Jayapura, diharapkan bisa
meninjau ulang kontrak karya PT Freeport Indonesia di Tembaga Pura,
Mimika, Papua.
"Selama ini banyak hasil yang diambil PT Freeport dari perut bumi Papua,
tetapi manfaat balik yang diberikan pada masyarakat asli Papua masih
relative belum sesuai," katanya di Jayapura, Minggu (21/11/2010).
Menurut Lamadi Lamato, sesuai data yang baru-baru ini dipublikasikan
dimedia massa, setiap harinya PT Freeport Indonesia menghasilkan 102
kilogram emas, di luar konsentrat tambang lainnya.
"Bayangkan berapa besar keuntungan yang telah didapat. Tetapi dana yang
diberikan bagi masyarakat asli pemilik ulayat hanya satu persen, dan
itupun sampai saat ini masih menjadi persoalan karena diperebutkan
banyak pihak," terangnya.
Untuk itu Lamadi meminta presiden SBY dalam kunjungannya di Jayapura,
menyempatkan diri untuk membahas masalah kontrak karya Freeport ini.
Selain pembahasan masalah kontrak karya Freeeport, Lamadi juga
menuturkan, hal lain yang tidak kalah pentingnya yang harus diluruskan
oleh presiden SBY adalah masalah rencana evaluasi undang-undang otonomi
khusus yang belum dilakukan.
Presiden SBY dan rombongan dijadwalkan tiba di Jayapura, Minggu sore
nanti, dan akan melakukan serangkaian kegiatan di antaranya membuka
kegiatan pertemuan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-nusantara di
Universitas Cenderawasih Jayapura.
Selain membuka pertemuan BEM se-nusantara itu, Presiden SBY juga akan
memberi pengarahan dalam pertemuan Penguatan Kapasitas Keuangan Daerah
yang rencananya digelar di Sasana Krida Kantor Gubernur Papua pada
Minggu malam.
Dalam acara tersebut, akan dilakukan penandatanganan pakta Integritas
bersama pihak DPRD, bupati/walikota maupun pimpinan daerah antara
Pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat.
Diketahui, kedatangan Presiden Republik Indonesia ke Papua, akan
didampingi pejabat Eselon I, antara lain dari KPK, Kementerian Dalam
Negeri dan Kementerian Keuangan
PT Freeport Indonesia (PTFI) memberi manfaat ekonomi langsung maupun
tidak langsung yang cukup besar bagi pemerintah pusat, Provinsi
Papua dan Kabupaten Mimika dan bagi ekonomi Papua dan negara
Indonesia secara keseluruhan. Manfaat langsung kepada Republik
Indonesia mencakup pajak, royalti, dividen, retribusi dan dukungan
langsung lainnya. Kami merupakan penyedia lapangan kerja swasta yang
terbesar di Papua dan termasuk diantara wajib pajak nasional
terbesar. Selama 2008 manfaat langsung dari PTFI mencapai sekitar
1,2 miliar dolar AS. Sejak dimulainya kontrak kami yang berlaku saat
ini dengan pemerintah Indonesia pada 1992, manfaat langsung bagi
Indonesia seluruhnya mencapai lebih dari 8 miliar dolar AS.
Kontribusi tidak langsung bagi Indonesia termasuk investasi
infrastruktur di Papua seperti kota, instalasi pembangkit listrik,
bandara udara dan pelabuhan, jalan, jembatan, sarana pembuangan
limbah, dan sistem komunikasi modern. Infrastruktur sosial yang
disediakan oleh perusahaan termasuk sekolah, asrama, rumah sakit dan
klinik, tempat ibadah, sarana rekreasi dan pengembangan usaha kecil
dan menengah. PTFI telah melakukan investasi senilai kurang lebih 6
miliar dolar AS pada berbagai proyek tersebut selama proyek tersebut
dilaksanakan.
Total nilai pembelian barang dan jasa dalam negeri secara lokal
mencapai 271 juta dolar AS pada 2008 yang meningkat 43,8%
dibandingkan 2007. Barang dalam negeri tersebut merupakan 21,3% dari
semua barang pembelian PTFI.
Sekitar 80% dari seluruh pembelian jasa oleh PTFI terdiri dari
produk dalam negeri, dengan nilai total mencapai 469 juta dolar AS.
Dari semua pembelian jasa dalam negeri, 7% berasal dari perusahaan
yang berada di Papua; dan dari seluruh jasa yang dibeli di Papua,
28% dibeli dari usaha yang dimiliki warga Papua, dengan total nilai
lebih dari 9 juta dolar AS.
Perbandingan royalti dan pajak pendapatan per negara selama tahun 1992-2008 (dalam juta dolar AS).
Berdasarkan
studi yang dilakukan Lembaga Penelitian Ekonomi dan Sosial Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, kontribusi PTFI terhadap produk
domestik bruto (PDB) negara Indonesia, Provinsi Papua, dan Kabupaten
Mimika masing-masing sebesar 1,3%, 40% dan 96% pada tahun 2008.
Pada akhir 2008, PTFI secara langsung mempekerjakan 11.659 pekerja;
dari jumlah tersebut, 3.353 (29%) terdiri dari warga Papua. Termasuk
karyawan kontraktor, total jumlah pekerja pada kegiatan PTFI per
akhir 2008 mencapai 21.053 orang.
Berdasarkan sebuah kesepahaman bersama yang ditandatangani bersama
Gubernur Papua, PTFI berkomitmen menyumbang pasir sisa tambang/SIRSAT
sebagai bahan konstruksi untuk pembangunan infrastruktur di Papua,
termasuk jalan dan sarana umum. PTFI juga menyanggupi komitmen
sebesar 400.000 dolar AS per tahun selama lima tahun (mulai 2006)
untuk berbagai proyek pembangunan di kabupaten Mimika.
Pada tahun 2008 PTFI menyanggupi komitmen sebesar 34,6 juta dolar AS
bagi Dana Kemitraan Freeport untuk Pengembangan Masyarakat yang
dikelola Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK).
Dari jumlah tersebut, 25 juta dolar AS disalurkan kepada LPMAK dan
sisa 9,6 juta dolar AS akan diserahkan pada saat perpanjangan nota
kesepahaman bersama organisasi tersebut. LPMAK bermitra dengan
pemerintah daerah setempat, LSM dan mitra masyarakat lainnya guna
mendukung pendidikan, kesehatan dan pembangunan ekonomi masyarakat
setempat.
Selain Dana Kemitraan, PTFI telah menyumbang 30,5 juta dolar AS
untuk berbagai prakarsa investasi masyarakat, termasuk sumbangan
tunai sebesar 2,4 juta dolar AS, 25,6 juta dolar AS untuk program
masyarakat dan layanan yang dikelola langsung oleh PTFI dan 2,5 juta
dolar AS untuk investasi infrastruktur.
Papua Memanas
Astaga, 70 Tentara Amerika Serikat Jaga PT Freeport
Aktivis Relawan Pejuang Demokrasi (Repdem) melakukan aksi teatrikal yang
menggambarkan penderitaan rakyat Papua saat unjukrasa di depan kantor
PT Freeport Indonesia, di gedung Plaza 89, Jakarta Selatan, Rabu
(2/11/2011). Repdem menginginkan pemerintah memutus kontrak dengan
Freeport dan menasionalisasi perusahaan asing tersebut.
Dalam rapat Tim Pengawas Papua yang dipimpin Wakil Ketua DPR, Priyo
Budisantoso terungkap, ada 70 pasukan Amerika Serikat yang masih aktif,
kini berada di perusahaan PT Freeport. Hal ini diungkap oleh politisi
Partai Hanura Ali Kastela. Wakil Ketua DPRD Papua, Jimmy J, saat
dikonfirmasi tribun usai rapat, membenarkan hal tersebut.
Jimmy menjelaskan, tak tahu persis sejak kapan keberadaan 70 pasukan
Amerika Serikat di PT Freeport. Ia menduga wajar bila ada pasukan
Amerika Serikat yang mengamankan PT Freeport.
"Jangankan pasukan asing, pasukan TNI aktif, kabarnya juga ikut menjaga PT Freeport," kata Jimmy.
Dalam rapat dengar pendapat itu, pihak pemerintah diwakili oleh
Menkopolhukam Djoko Suyanto, Menkumham, Amir Syamsuddin, Mendagri
Gamawan Fauzi, Panglima TNI Agus Surhartono. Selain itu, hadir juga
Ketua KPU Hafiz Ansyari.
Jimmy menjelaskan, terlepas sejak kapan keberadaan pasukan Amerika
Serikat di PT Freeport, Papua, kini memang sedang dalam intaian pihak
asing, Amerika Serikat dan Australia.
"Dan sebenarnya, yang patut diwaspadai bukanlah OPM bersenjata. Tapi,
OPM berdasi. Mereka masuk ke dalam birokrasi di Papua, mendapat jabatan
enak, tapi sengaja tak menjalankan kebijakan. Dengan harapan, rakyat
Papua marah," kata Jimmy.
Permasalahan di Papua, sebenarnya dapat diselesaikan bila pemerintah
bersikap konsisten dalam melaksanakan Otsus Papua. Namun kenyataannya,
pelaksanaannya tak dilakukan dengan baik, sehingga rakyat Papua marah.
"Kompleksitas masalah di Papua kini masih terjadi, angka buta huruf
masih tinggi, dan masih banyak yang susah. Selama perut orang Papua,
belum bisa kenyang, maka selama itu Pula orang Papua akan terus minta
merdeka," imbuhnya seraya mengatakan, pasukan AS di Freeport diduga
memata-matai kisruh Papua.
"Dan bukan tidak mungkin, 70 orang pasukan Amerika Serikat di PT
Freeport, bertugas untuk memata-matai. Bagi orang Papua, Amerika punya
sejarah. Kita mau curiga atau tidak, mereka (70 pasukan Amerika di PT
Freeport) tugasnya adalah menjaga persoalan perusahaan negaranya,"
sergahnya.
70 Tentara AS Disebut Bekerja di PT Freeport
Hery Winarno
Demo karyawan Freeport Jakarta - Anggota Komisi VII DPR Ali Kastela
memaparkan hasil kunjungan kerjanya saat meninjau PT Freeport, Timika,
Papua. Dari kunker tersebut, Ali mendapati bahwa ada sekitar 70 tentara
Amerika Serikat (AS) yang bekerja di PT Freeport.
"Saat kunker, ada 70 militer Amerika yang masih aktif, yang kerja di
Freeport," ujar Ali saat rapat tim monitoring Papua dan Papua Barat
dengan pemerintah di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (25/11/2011).
Tidak hanya itu, dalam kunjungan tersebut Ali juga menemukan bahwa TNI dan Polri berbeda kelas dalam mengamankan Freeport.
"Juga dilihat, sekarang polisi di ring satu, tentara di ring 2.
Bisa-bisa polisi ditembak tentara," terang anggota Komisi VII DPR ini.
Anggota fraksi Hanura ini juga menyayangkan adanya pemberian uang dari
PT Freeport kepada anggota Polri. Menurutnya hal itu bisa mengakibatkan
kecemburuan bagi rakyat Papua.
"Juga ada kecemburuan bahwa polisi dapat uang negara, masih dapat uang
dana keamanan dari Freeport, kok orang Papua malah nggak dapat. 10 Tahun
lalu Papua di atas Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Maluku,
tapi sekarang sudah paling bawah," imbuhnya.
Freeport Belum Sejahterakan Papua
JAYAPURA — Keberadaan PT.Freeport Indonesia yang beroperasi di sebagian
besar daerah potensial logam di Pegunungan Tengah, Provinsi Papua hingga
kini belum dapat ikut mendongkrak tingkat kesejahteraan masyarakat
Papua secara signifikan.
“Re-negoisasi kontrak karya Freeport yang telah berlangsung dua periode
sejak 1967 harus dapat memberikan perubahan untuk masyarakat Papua
tetapi ternyata hal itu belum terwujud,” kata Ketua Program Studi
Hubungan Internasional, Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ),
Aria Aditya Setiawan di Jayapura, Selasa.
Pendapatan dari Freeport lanjutnya, ditambah dana Otonomi khusus (Otsus)
setidaknya bisa dikelola dengan baik guna menjawab tantangan pemerintah
tentang keadilan yang selama ini ditanyakan atas Papua dan kondisi
masyarakat lokal.
Pertanyaan kritis adalah, apakah Freeport sendiri belum memberikan
perhatian secara penuh untuk ikut meningkatkan kesejahteraan rakyat
Papua ataukah masyarakat dan pemerintah setempat belum mampu mengelola
dan memanfaatkan dana yang sudah diberikan Freeport kepada rakyat Papua
selama ini.
Penduduk asli Papua yang hanya mengenal jenis modal terdepan dan ekonomi
kas dalam waktu kurang dari satu generasi, menderita karena kurangnya
pelatihan dan akses terhadap modal. Mayoritas penduduk Papua masih
mengandalkan pertanian yang sederhana dan berburu yang hasilnya tidak
bisa berkompetisi dengan ekonomi lokal dan nasional.
Sementara itu, PT.Freeport merupakan salah satu perusahaan asing yang
beroperasi melalui Kontrak Karya (KK) di wilayah Papua dan merupakan
Penanaman Modal Asing (PMA) terbesar yang memberikan devisa bagi negara
melalui penambangan emas dan tembaga di Timika.
Selama periode KK I tahun 1973-1991, perusahaan pertambangan yang
berinduk pada Freeport-McMoran Copper & Gold Inc. ini telah mendapat
laba 1,1 milyar dolar AS. Sementara untuk kas Indonesia, Freeport hanya
menyetor 138 juta dolar AS dalam bentuk deviden, royalti dan pajak atau
sekitar 12,54 persen.
Dengan bekal KK II, selama 30 tahun ke depan, areal penambangan Freeport
terus melebar hingga ke Deep Area, DOM dan Big Gossan yang sudah siap
dieksploitasi. Sedangkan daerah Kucing Liar serta Intermediate Ore Zone
(IOZ) masih dieksplorasi.
Lebih lanjut Aria menyatakan, walaupun Freeport telah melakukan
investasi senilai 4,5 milyar dolar AS, hanya sebagian kecil dari
investasi tersebut berpengaruh langsung pada ekonomi lokal.
Diantara penyebabnya adalah gaji dan berbagai kompensasi yang dibayarkan
kepada masyarakat non-Papua tidak berpengaruh pada ekonomi lokal karena
para pekerja mengirimkan sebagian besar gajinya ke negara asal atau ke
luar Papua.
Selain itu, mayoritas dari perusahaan sub-kontraktor beroperasi di Jakarta dan mengimpor peralatannya dari luar Papua.
Sebagai contoh, tembaga dari Garsberg dikirim dan diproses di perusahaan
pengolahan hasil kerja sama Mitsubishi dan Freeport di Gresik, Jawa
Timur dengan nilai kontrak 700 juta dolar AS.
“Pemberian tersebut mungkin merupakan keputusan bisnis yang benar, tapi
dari sudut pandang orang Papua, mereka kehilangan sebuah kesemmpatan,”
kata Aria.
Namun demikian, sejauh ini Freeport terus melakukan usaha untuk
memberikan pelayanan sosial dan memperbaiki kualitas hidup penduduk yang
tinggal di daerah operasi penambangan dengan melakukan skema
reinvestasi dan beragam program pengembangan.
Hal tersebut ditujukan untuk pendidikan, kesehatan, usaha kecil dan
pembangunan infrastruktur untuk tujuh suku Papua yang berdiam di daerah
operasi, termasuk Suku Amungme dan Komoro.
Freeport tampaknya masih akan lama bercokol di Tanah Papua dengan adanya
kontrak untuk kegiatan tambang Garsberg yang berlaku sampai 2021 dengan
opsi memperpanjang perjanjian hingga 20 tahun kemudian.