Februari 22, 2012 by A Nizami
Jihad
bukan cuma perang. Tapi juga ekonomi. Jangan biarkan sepeser pun uang,
minyak, dsb jatuh ke tangan kafir harbi seperti AS dan Israel:
Harga BBM naik lagi mengikuti harga New York?
Nasionalisasi saja perusahaan2 migas asing seperti Chevron, Exxon, dsb agar rakyat Indonesia makmur!
Arab
Saudi sebelumnya diporoti perusahaan minyak AS: Aramco (Arabian American
Oil Company) sehingga miskin dan melarat. Namun Raja Faisal
menasionalisasinya di tahun 1974. Saudi pun makmur. Namun tahun 1975
Raja Faisal ditembak.
Soal
uang, karena kita punya migas ya punyalah. Tinggal jual saja. Contoh
produksi kita 1 juta BPH (Sebetulnya bisa 4x lipat jika tak ditipu).
Setahun 360 juta BPH. 1 Brl=US$100, maka setahun Indonesia dapat US$ US$
36 milyar cuma dari minyak. Belum gas. Total bisa US$ 70 milyar PER
TAHUN. Jika produksi sendiri dan tak ditipu, bisa lebih antara US$
140-280 milyar/tahun. Contohnya saat KSA menasionalisasi perusahaan
minyaknya, mereka langsung kaya. Padahal sebelumnya miskin.
Exxon
cuma menuntut US$ 12 milyar untuk ganti asetnya di Venezuela. Ternyata
Arbitrase Internasional menaksir hanya US$ 907 juta. Kurang dari 1/13.
Jadi mereka memang biasa menipu. Silahkan baca:
http://internasional.kompas.com/read/2012/01/04/07205958/Venezuela.Menang.Lawan.ExxonMobil
Kalau migas dan kekayaan alam Indonesia dikuasai Kompeni, Rakyat
Indonesia akan melarat terus seperti tikus yang kelaparan di lumbung
padi.
Silahkan baca:
http://infoindonesia.wordpress.com/2009/06/30/selama-kekayaan-alam-dirampok-asing-indonesia-akan-terus-miskin/
Referensi:
Venezuela Menang Lawan ExxonMobil
CARACAS, KOMPAS.com - Pemerintah Venezuela, Senin
(2/1), mengatakan akan membayar perusahaan ExxonMobil sebesar 255 juta
dollar AS sebagai ganti rugi untuk aset-aset yang dinasionalisasi.
Jumlah itu kurang dari sepertiga dari yang diputuskan lembaga arbitrase.
Perusahaan minyak negara Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) menyatakan, utang Exxon dan tindakan pengadilan mengurangi apa yang harus dibayar berdasarkan putusan Mahkamah Kamar Dagang Internasional (ICC). ICC sebelumnya memutuskan, Pemerintah Venezuela harus memberi ganti rugi sebesar 907 juta dollar AS kepada ExxonMobil.
PDVSA mengatakan, ExxonMobil sebelumnya telah meminta pengadilan internasional membekukan rekening Pemerintah Venezuela di bank Amerika Serikat sekitar 300 juta dollar AS. ExxonMobil juga mempunyai utang sebesar 191 juta dollar AS yang berhubungan dengan pendanaan sebuah proyek minyak di Venezuela, serta 160,6 juta dollar yang menurut mahkamah arbitrase menjadi piutang PDVSA.
Perusahaan minyak negara Venezuela itu menyebut keputusan ICC sebagai sebuah ”pembelaan yang berhasil”. Apalagi, semula ExxonMobil menuntut ganti rugi sekitar 12 miliar dollar AS sambil mengupayakan dua klaim kepada badan arbitrase internasional.
ExxonMobil sendiri tidak mempermasalahkan angka yang akan dibayar Venezuela. Perusahaan minyak AS itu mengatakan, mahkamah arbitrase itu telah mengurangkan 160,6 juta dollar utang Exxon pada jumlah ganti rugi itu.
”Sisa 746,9 juta dollar bisa dibayar melalui kombinasi dari sekitar 305 juta dollar dana PDVSA yang telah dibekukan untuk keperluan itu oleh pengadilan New York, pembatalan utang proyek tambahan ExxonMobil oleh PDVSA, dan pembayaran tunai tambahan,” kata juru bicara ExxonMobil, Patrick McGinn, lewat surat elektronik.
Kemenangan
Pembayaran 255 juta dollar itu jauh lebih kecil dari ganti rugi 12 miliar dollar yang diminta Exxon, dan merupakan kemenangan besar bagi Presiden Venezuela Hugo Chavez. Hal ini bisa memotivasi negara-negara penghasil minyak dalam pertikaian soal nasionalisasi dengan perusahaan minyak internasional.
Namun, Exxon masih bisa memperoleh pembayaran lebih besar karena perusahaan itu mengajukan kasus terpisah terhadap Venezuela di hadapan mahkamah arbitrase Bank Dunia. Kedua kasus itu berkenaan dengan nasionalisasi proyek Cerro Negro di daerah Orinoco, Venezuela, salah satu cadangan minyak mentah terbesar dunia.
Putusan pekan ini mengenai ganti rugi bagi ExxonMobil itu dibuat oleh mahkamah ICC yang berbasis di Paris. ICC tidak membuka putusan arbitrasenya kepada publik sehingga sedikit sekali petunjuk mengenai kriteria di belakang penilaian itu. Exxon mengatakan masih mengkaji dokumen yang setebal 400 halaman itu.
”Putusan itu memperlihatkan PDVSA benar dalam meyakini, tuntutan ExxonMobil benar-benar berlebihan dan menetapkan pembayaran pada jumlah yang lebih rendah dari yang telah diklaim,” kata PDVSA, Senin, dengan menambahkan klaim awal Exxon ”tidak logis”.
September lalu, Venezuela mengatakan telah menawarkan Exxon ganti rugi sebesar 1 miliar dollar. Bulan lalu, Chavez mengatakan dia mau membicarakan ”sebuah kesepakatan yang bersahabat.” (Reuters/AP/AFP/DI)
Perusahaan minyak negara Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) menyatakan, utang Exxon dan tindakan pengadilan mengurangi apa yang harus dibayar berdasarkan putusan Mahkamah Kamar Dagang Internasional (ICC). ICC sebelumnya memutuskan, Pemerintah Venezuela harus memberi ganti rugi sebesar 907 juta dollar AS kepada ExxonMobil.
PDVSA mengatakan, ExxonMobil sebelumnya telah meminta pengadilan internasional membekukan rekening Pemerintah Venezuela di bank Amerika Serikat sekitar 300 juta dollar AS. ExxonMobil juga mempunyai utang sebesar 191 juta dollar AS yang berhubungan dengan pendanaan sebuah proyek minyak di Venezuela, serta 160,6 juta dollar yang menurut mahkamah arbitrase menjadi piutang PDVSA.
Perusahaan minyak negara Venezuela itu menyebut keputusan ICC sebagai sebuah ”pembelaan yang berhasil”. Apalagi, semula ExxonMobil menuntut ganti rugi sekitar 12 miliar dollar AS sambil mengupayakan dua klaim kepada badan arbitrase internasional.
ExxonMobil sendiri tidak mempermasalahkan angka yang akan dibayar Venezuela. Perusahaan minyak AS itu mengatakan, mahkamah arbitrase itu telah mengurangkan 160,6 juta dollar utang Exxon pada jumlah ganti rugi itu.
”Sisa 746,9 juta dollar bisa dibayar melalui kombinasi dari sekitar 305 juta dollar dana PDVSA yang telah dibekukan untuk keperluan itu oleh pengadilan New York, pembatalan utang proyek tambahan ExxonMobil oleh PDVSA, dan pembayaran tunai tambahan,” kata juru bicara ExxonMobil, Patrick McGinn, lewat surat elektronik.
Kemenangan
Pembayaran 255 juta dollar itu jauh lebih kecil dari ganti rugi 12 miliar dollar yang diminta Exxon, dan merupakan kemenangan besar bagi Presiden Venezuela Hugo Chavez. Hal ini bisa memotivasi negara-negara penghasil minyak dalam pertikaian soal nasionalisasi dengan perusahaan minyak internasional.
Namun, Exxon masih bisa memperoleh pembayaran lebih besar karena perusahaan itu mengajukan kasus terpisah terhadap Venezuela di hadapan mahkamah arbitrase Bank Dunia. Kedua kasus itu berkenaan dengan nasionalisasi proyek Cerro Negro di daerah Orinoco, Venezuela, salah satu cadangan minyak mentah terbesar dunia.
Putusan pekan ini mengenai ganti rugi bagi ExxonMobil itu dibuat oleh mahkamah ICC yang berbasis di Paris. ICC tidak membuka putusan arbitrasenya kepada publik sehingga sedikit sekali petunjuk mengenai kriteria di belakang penilaian itu. Exxon mengatakan masih mengkaji dokumen yang setebal 400 halaman itu.
”Putusan itu memperlihatkan PDVSA benar dalam meyakini, tuntutan ExxonMobil benar-benar berlebihan dan menetapkan pembayaran pada jumlah yang lebih rendah dari yang telah diklaim,” kata PDVSA, Senin, dengan menambahkan klaim awal Exxon ”tidak logis”.
September lalu, Venezuela mengatakan telah menawarkan Exxon ganti rugi sebesar 1 miliar dollar. Bulan lalu, Chavez mengatakan dia mau membicarakan ”sebuah kesepakatan yang bersahabat.” (Reuters/AP/AFP/DI)
Sumber :
Kompas Cetak
Nah bagi Indonesia kenapa tidak mau meniru langkah yang diambil Pemerintah Venezuela untuk menasionalisasi perusahaan minyak asing ?
BalasHapus