Tampilkan postingan dengan label nasdem. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label nasdem. Tampilkan semua postingan
Senin, 14 Oktober 2013
Rabu, 14 November 2012
Aroma Perpecahan Merebak di Elite Partai Nasdem
Wijaya Kusnaryanto, Berita99



14 November 2012 jam 02:55
JAKARTA - Aroma perpecahan merebak dari elite Partai
Nasional Demokrat (Nasdem) terkait penyerahan mandat ketua umum. Sekjen
DPP Partai Nasdem Ahmad Rofiq bereaksi keras atas pernyataan Ketua
Majelis Pertimbangan Organisasi Kemasyaratan Nasional Demokrat Laksamana
(Purn) Tedjo Edhy Purdjianto.
"Tedjo itu orang baru di partai. Dia tidak tahu apa-apa tentang partai
ini. Tapi di politik itu biasa, banyak orang tidak tahu tapi pura-pura
tahu semua. Ada yang tahu tapi pura-pura nggak tahu," tegas Rofiq di
Jakarta Selasa malam, (13/11).
Sebelumnya Laksamana Tedjo, yang juga Ketua DPW Partai Nasdem Jawa
Timur ini mengungkapkan agenda mandat pengurus DPP Partai Nasdem akan
diserahkan kepada Surya Paloh karena tugas yang diberikan kepada Ketua
Umum DPP Partai Demokrat Patrice Rio Capella dan Rofiq untuk membentuk
partai sudah selesai.
"Sebagai penegasan saja, tidak ada kontrak politik atau mandat apapun
terkait dengan pembentukan partai ini. Pak Surya hanya merestui
dibentuknya partai ini," tegas Rofiq.
"Terlalu kecil buat Pak Surya kalau dikaitkan dengan wacana ini.
Sebagai penegasan saja, partai ini telah menjadi milik publik. Maka
publik juga akan melakukan kontrol terhadap partai ini. Maka kalau ada
apa-apa, ya kembali ke AD/ART," tandas Rofiq.
Selasa, 13 November 2012
Belum Tentu Surya Paloh Jadi Calon Presiden dari Partai Nasdem
Minggu, 11 November 2012 , 10:04:00 WIB
RMOL. Rencana
mau mengambil alih kepemimpinan Partai Nasdem, bukan berarti Surya
Paloh ngebet mau maju dalam pemilihan presiden 2014 mendatang. Soal
siapa yang akan diusung sebagai capres dari partai yang mengusung tema
perubahan itu, Surya Paloh berpikir negarawan.
Demikian disampaikan Ketua Majelis Pertimbangan Ormas Nasional Demokrat Laksamana (Purn) Tedjo Edhy Purdjianto dalam perbincangan dengan Rakyat Merdeka Online kemarin.
"Pak Surya Paloh orangnya fair. Siapa pun tokoh di Partai Nasdem yang elektabilitasnya paling tinggi, dialah yang akan maju. Bukan berarti harus beliau. Beliau juga berpikir bukan harus beliau. Pimpinan partai bukan berarti harus jadi capres. Beliau orangnya negarawan," jelasnya.
Hal itu dikatakannya mengingat, saat ini banyak tokoh di partai tersebut. Selain Surya Paloh, juga ada Ketua Dewan Pakar Partai Nasdem yang juga bos MNC Hary Tanoe dan dua tokoh yang baru bergabung, Rachmawati Soekarnoputri dan Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto.
"Tapi kalau beliau (Surya Paloh) paling tinggi (elektabilitasnya), mau nggak mau beliau yang akan maju. Jadi kita fair. Beliau orangnya berpikir negarawanlah bukan politisi. Kita di Indonesia ini kan inflasi politisi, tapi minus negarawan," sambung Ketua DPW Partai Nasdem Jawa Timur ini.
Tapi, Partai Nasdem baru akan mengajukan capres apabila pada pemilihan legislatif masuk dalam dua besar.
"Pandangan Partai Nasdem, kita akan memberikan calon presiden, apabila dalam pemilihan legislatif nanti, kita masuk 3 besar. Kalau masuk nomor 3, kita masih berpikir antara mengajukan calon atau tidak. Tetapi kalau dapat nomor 1 atau 2, kita wajib mengajukan calon. Makanya, kita menunggu sampai pemilu legislatif," tandas mantan KSAL ini. [zul]
Laporan: Zulhidayat Siregar
![]()
SURYA PALOH/IST
|
![]() |
Demikian disampaikan Ketua Majelis Pertimbangan Ormas Nasional Demokrat Laksamana (Purn) Tedjo Edhy Purdjianto dalam perbincangan dengan Rakyat Merdeka Online kemarin.
"Pak Surya Paloh orangnya fair. Siapa pun tokoh di Partai Nasdem yang elektabilitasnya paling tinggi, dialah yang akan maju. Bukan berarti harus beliau. Beliau juga berpikir bukan harus beliau. Pimpinan partai bukan berarti harus jadi capres. Beliau orangnya negarawan," jelasnya.
Hal itu dikatakannya mengingat, saat ini banyak tokoh di partai tersebut. Selain Surya Paloh, juga ada Ketua Dewan Pakar Partai Nasdem yang juga bos MNC Hary Tanoe dan dua tokoh yang baru bergabung, Rachmawati Soekarnoputri dan Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto.
"Tapi kalau beliau (Surya Paloh) paling tinggi (elektabilitasnya), mau nggak mau beliau yang akan maju. Jadi kita fair. Beliau orangnya berpikir negarawanlah bukan politisi. Kita di Indonesia ini kan inflasi politisi, tapi minus negarawan," sambung Ketua DPW Partai Nasdem Jawa Timur ini.
Tapi, Partai Nasdem baru akan mengajukan capres apabila pada pemilihan legislatif masuk dalam dua besar.
"Pandangan Partai Nasdem, kita akan memberikan calon presiden, apabila dalam pemilihan legislatif nanti, kita masuk 3 besar. Kalau masuk nomor 3, kita masih berpikir antara mengajukan calon atau tidak. Tetapi kalau dapat nomor 1 atau 2, kita wajib mengajukan calon. Makanya, kita menunggu sampai pemilu legislatif," tandas mantan KSAL ini. [zul]
Nama-nama Besar Siap Pimpin Partai Nasdem
Sabtu, 10 November 2012 | 23:32

Ilustrasi bendera NasDem (sumber: Antara)
Partai Nasional Demokrat (Nasdem) berencana melaksanakan konvensi nasional guna membentuk kepengurusan baru, pasca selesainya urusan verifikasi partai politik (parpol) peserta Pemilu 2014 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Suasana partai itu pun kian dinamis dengan beredarnya sejumlah nama baru yang disebut bakal memimpin Nasdem.
Konvensi dipilih karena dianggap sebagai cara demokratis untuk menentukan kepemimpinan nasional di partai itu. Menurut salah satu sumber yang menolak disebut namanya di internal Nasdem itu, suasana di partai itu mulai dinamis. Semua meyakini bahwa di dalam konvensi akan digodok sosok yang tepat untuk memimpin Partai Nasdem.
Rumor pergantian jajaran pengurus Nasdem dalam kongres yang rencananya digelar pada Januari 2013 mulai mengemuka.
"Diprediksi akan ada persaingan ketat perebutan pimpinan tertinggi di Partai Nasdem. Ini akan memanas," kata sang narasumber, saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (10/11).
Menurut sumber tersebut, sejauh ini ada beberapa nama yang akan digulirkan sebagai calon Ketua Umum (Ketum). Salah satu calon terkuat adalah Surya Paloh, yang tak lain adalah pendiri Nasdem.
Sementara, dari kabar yang didapat, struktur kepemimpinan di daerah, serta posisi Sekjen dan Wasekjen, juga akan dibongkar dengan memunculkan muka-muka baru. Di antara mereka adalah Rachmawati Soekarnoputri, yang tercatat baru bergabung di Partai Nasdem. Kemungkinan dia diarahkan untuk menjadi Wakil Ketua DPP Partai Nasdem. Sebelumnya Rachmawati berpolitik di Partai Pelopor.
Selanjutnya, beredar pula nama Victor Laiskodat yang dulunya adalah kader Golkar, yang disiapkan sebagai Wasekjen. Untuk kursi Sekjen, sang narasumber menyebutkan sejumlah nama akan digaungkan, antara lain yakni Siswono Yudhohusodo, Tedjo Edhy Purdijatno, Ferry Mursidan Baldan, serta Soleh Sholahuddin.
Siswono saat ini masih menjabat sebagai anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar. Sementara Tedjo Edhy Purdijatno mantan KSAL yang kini Ketua DPW Nasdem Jawa Timur. Ferry Mursyidan mantan kader Golkar yang kini di kepengurusan Partai Nasdem. Sedangkan Soleh Sholahuddin adalah mantan Menteri Pertanian dan akademisi dari Lampung.
Lebih jauh, disebutkan pula bahwa proses konvensi akan semakin menghangat, karena keterlibatan sejumlah nama besar di jagat politik nasional. Mereka antara lain adalah mantan Cagub DKI Jakarta Hendardji Supanji, Hamdan Zoelva Lindan, serta Lalu Sudarmaji.
Tedjo Edy Purdijatno pernah tercatat pendiri ormas Nasdem, Surya Paloh, memang akan mengambil alih kepemimpinan puncak Partai Nasdem. Sejauh ini, Ketua Umum Partai Nasdem, Patrice Rio Capella, belum memberikan jawaban saat dikonfirmasi soal kebenaran kabar yang beredar tersebut.
Penulis: Markus Junianto Sihaloho/ Murizal Hamzah
Rabu, 04 Juli 2012
Caleg Nasdem Tidak Dipungut Setoran
MAKASSAR, CAKRAWALA – Partai Nasdem bukan hanya sekadar membiayai caleg-calegnya yang bakal maju di Pemilu 2014 mendatang. Partai Nasdem juga tidak akan memungut setoran kepada caleg mereka saat terpilih dan menjabat.
Ketua DPW Partai Nasdem Sulsel, Sanusi Ramadhan, mengatakan, partainya berasumsi, pemungutan setoran partai kepada legislator adalah salah satu penyebab korupnya lembaga perwakilan rakyat.
“Di Nasdem tidak ada aturan soal setoran bagi legislator. Kita berasumsi, legislator mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk merawat
konstituennya, dan ingin mereka merawat konstituennya tanpa harus terbebani. Malah partai akan turut membantu untuk meringankan biaya merawat konstituen,” kata Sanusi di Warkop Mazzagena, Makassar, Sabtu, 30 Juni.
Namun, untuk menjadi caleg Partai Nasdem tidaklah mudah. Sanusi menjelaskan, hanya orang-orang yang dianggap berkompetenlah yang bisa menjadi caleg Partai Nasdem. Caleg ini pun harus memiliki rekam jejak yang bersih dari KKN dan tindakan amoral lainnya.
“Syarat caleg Nasdem bukan hanya sekedar memiliki basis massa tetapi juga harus punya track record yang bersih. Dan itu ada tim verifikasi yang akan turun ke lapangan untuk menelusuri track record balon legislator Partai Nasdem,” kata Sanusi.
Dia menjelaskan, rekam jejek yang bersih dimaksudkan untuk menjamin bahwa legislator Partai Nasdem nantinya betul-betul memegang amanah rakyat secara professional. Bagi legislator yang tersangkut hukum, Partai Nasdem, ditegaskan Sanusi, tidak akan segan-segan mengambil sikap.
“Kalau nantinya ada Legislator Nasdem yang tersangkut hukum, walaupun masih sebatas tersangka, Partai tetap akan mengeluarkan sanksi pemecatan,” kata Sanusi.
Hal menarik lainnya, Pimpinan Partai Nasdem juga dilarang untuk ikut menjadi caleg. Sanusi menjelaskan, Ketua-ketua Partai Nasdem akan digaji oleh partai dengan harapan bekerja secara professional dan tidak akan pandang bulu dalam menjatuhkan sanksi bagi legislator partai yang terindikasi membelot dari patron partai.
“Begitupun sebaliknya, legislator Partai Nasdem, juga tidak boleh menjadi pengurus partai,” imbuh Sanusi. (del/soe)
Jumat, 22 Juni 2012
Ketika Caleg Dimodali
Aktif pada
Kajian Sosial The Conge Institute Kudus
Sumber : SUARA
MERDEKA, 20 Juni 2012
GAGASAN Partai Nasional
Demokrat (Nasdem) menarik perhatian dunia politik. Partai baru kontestan Pemilu
2014 itu siap memodali tiap calon anggota legislatif (caleg)-nya Rp 5
miliar-Rp 10 miliar. Hal ini berbeda dari realitas politik kepartaian selama
ini mengingat umumnya caleglah yang memodali pembiayaan partai. Artinya,
untuk bisa menjadi seorang caleg, kader harus membayar mahar ke partai.
Muncul anggapan Nasdem kurang pede terhadap eksistensinya sebagai partai baru sehingga harus didongkrak oleh mobilitas caleg dalam pemenangan dirinya, yang otomatis memberikan suara terhadap partai. Fenomena ini sekaligus mengindikasikan Nasdem tidak mempunyai figur andalan yang mampu menarik suara masyarakat.
Terlepas dari semua itu,
Nasdem punya syahwat politik besar dalam pemenangan Pemilu 2014, minimal untuk
mencapai parliamentary threshold yang
persentasenya kini lebih besar ketimbang Pemilu 2009. Kecenderungan parpol
memodali caleg boleh menjadi sesuatu yang sah dalam berpolitik asal ada
transparansi akuntabilitas anggaran kendati ada beberapa kemungkinan yang
terjadi. Muncul anggapan Nasdem kurang pede terhadap eksistensinya sebagai partai baru sehingga harus didongkrak oleh mobilitas caleg dalam pemenangan dirinya, yang otomatis memberikan suara terhadap partai. Fenomena ini sekaligus mengindikasikan Nasdem tidak mempunyai figur andalan yang mampu menarik suara masyarakat.
Pertama; ada semacam utang politik caleg kepada parpol, yang berdampak pada tersanderanya caleg itu. Nantinya caleg harus menuruti semua orientasi parpol, meskipun tidak sesuai dengan nurani dan prinsip idealnya. Jika hal ini terjadi, alih-alih caleg akan memperjuangkan rakyat dan konstituennya namun lebih mengabdi pada parpol yang telah memodalinya.
Kedua; indikasi utang politik berimplikasi harus membayar, dan bukan tidak mungkin ia akan memanfaatkan jabatan supaya bisa mendapatkan sebanyak-banyaknya uang demi melunasi ”utangnya” kepada partai. Bukankah akhir-akhir ini banyak anggota DPR korupsi berjamaah demi kepentingan atau mengatasnamakan partai?
Jumat, 08 Juni 2012
CAPRES 2014: Nasdem diminta selektic jaring kandidat
Oleh John Andhi Oktaveri
JAKARTA: Partai NasDem seharusnya lebih selektif dalam menjaring calon
presiden dengan mempertimbangkan sistem regenerasi politik sehingga
memunculkan wajah baru yang lebih memberi harapan.
Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Boni Hargens
mengatakan regenerasi politik sangat diperlukan saat ini di tengah masih
banyaknya wajah-wajah lama yang tampil sebagai capres.
Akan tetapi, katanya, kalaupun belum ada wajah baru yang mumpuni,
Partai NasDem bisa mencari figur lama yang sekelas Jusuf Kalla, yang
sampai saat ini masih memiliki kans politik yang besar.
“Regenerasi politik adalah syarat bagi pembangunan politik. wajah lama
sudah saatnya disimpan dalam album. Tampilkan wajah baru. Banyak tokoh
muda dari internal NasDem bisa diusung jadi capres dan cawapres,”
ujarnya.
Boni menyebutkan di antara tokoh muda di NasDem yang bisa ‘dijual’
termasuk Jeffrie Geovanie atau Harry Tanoe yang dinilainya punya rekam
jejak yang bagus.
Menurut Boni, selain di Partai NasDem, banyak juga capres muda di
parpol lain, tetapi terpendam karena partainya tidak memberikan ruang.
Hal itu terjadi, katanya, karena regenerasi politik tidak berjalan baik
di partai tersebut.
“Partai Golkar dan PDI-P bermasalah dalam hal ini. Demikian juga dengan
Partai Demokrat dan PKS, keduanya punya banyak tokoh muda, tetapi kedua
partai ini mengalami krisis kepercayaan publik terkait skandal korupsi
dan praktik politik yang kontroversial,” ujarnya.
Terkait soal sistem penjaringan capres, lebih jauh Boni mengatakan
untuk menjaring capres yang representatif, mekanisme konvensi merupakan
jalan paling ideal.
“Saya beberapa kali mengusung ide primary election seperti di Amerika
Serikat (AS) agar diterapkan di Indonesia. Partai-partai harus berani
melakukan itu. Partai baru seperti NasDem perlu mempelopori gerakan
semacam ini,” ujarnya.
Sebelumnya, pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) Siti Zuhro mengatakan, popularitas dan gagasan perubahan yang
disampaikan NasDem akan mengancam partai-partai lain, terutama Partai
Golkar dan Partai Demokrat.
"Karena semua insfrastruktur partai itu digunakan oleh NasDem. Yang
terancam juga Partai Demokrat dengan berbagai persoalan yang mendera,"
kata Siti.
Menurutnya, proses transisi politik saat ini sudah masuk tahap jenuh.
Reformasi partai yang belum tuntas membuat para pemilih beralih ke
partai baru yang prospektif, yang memiliki basis ideologi kuat dan
mencerminkan pluralitas. (sut)
Minggu, 20 Mei 2012
Advocat tingkat atas
Selamat buat Pak Lukman dapat promosi dari Presiden Obama. Hidup advocat Indonesia.
Foto Perdjuangan Rakyat Indonesia - http://www.blogceria.com/berita-foto/foto-foto-perjuangan-rakyat-
Kitlv - http://kitlv.pictura-dp.nl/
Tabloid Prioritas - http://www.prioritasnews.com/2012/06/05/hipokrit/
Jumat, 20 April 2012
Nasdem berencana ajukan uji materi UU Pemilu
Kamis, 19 April 2012
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Ormas Nasional Demokrat (NasDem) Ferry Mursyidan Baldan mengatakan partainya akan mengajukan uji materi atau judicial review ke Mahkamah Konstitusi (MK) terkait Undang-undang (UU) Pemilu yang disahkan Rapat Paripurna DPR.
"Kami sedang mempersiapkan segala sesuatunya sambil menunggu undang-undang tersebut disahkan menjadi dokumen negara oleh pemerintah," kata Ferry usai menghadiri diskusi tentang polemik UU Pemilu yang diselenggarakan oleh Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (FORMAPPI) di Jakarta, Kamis.
Ia mengaku optimistis bahwa MK akan mengabulkan gugatan atas pasal 208 dan pasal 209 UU Pemilu yang disahkan melalui pengambilan suara dalam Rapat Paripurna DPR pada Kamis (12/4) lalu tersebut.
Menurut Ferry, poin-poin yang menjadi pijakan dalam pengajuan uji materi ke MK, yakni terkait penyelenggaraan pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil yang tertuang dalam pasal 22 E UU Pemilu, serta masalah kedaulatan rakyat sebagaimana diatur dalam pasal 1 UUD 1945.
"Satu lagi adalah pasal 28 D UUD 1945 tentang persamaan harkat di hadapan hukum dan hak untuk terlibat dalam pemerintahan," katanya.
Ia berpendapat bahwa hal tersebut bertentangan dengan penetapan ambang batas parlemen atau Parliamentary Threshold (PT) sebesar 3,5 persen dalam UU Pemilu yang ditetapkan secara nasional.
"Penetapan PT secara nasional akan menjadi bumerang bagi partai-partai kecil dan menengah jika nanti tidak mencapai ambang batas 3,5 persen," katanya.
Ferry mengatakan partai-partai tersebut akan kehilangan suara yang didapatkan di daerah pemilihan dimana mereka seharusnya berhak mendapatkan kursi, namun jika harus mengikuti PT secara nasional, suara tersebut akan hangus.
"Ini berarti mengingkari keberadaan partai-partai kecil dan menengah," katanya.
Selain itu, dampak kehilangan suara juga akan mengenai partai-partai lokal, seperti Partai Aceh, dan partai yang menang secara signifikan di suatu daerah, seperti Partai Damai Sejahtera (PDS) yang di Papua pada Pemilu 2009 lalu, kelak tidak akan mendapatkan kursi di daerah tersebut.
"UU Pemilu memang diatur sebagai peraturan yang berdasarkan kebijakan hukum terbuka, namun ada soal prinsip dalam pemilihan umum yang sudah diatur dalam konstitusi kita bahwa keterwakilan tidak bisa direduksi. Inilah yang kami jadikan pijakan untuk mengajukan uji materi kepada MK," katanya.
Selain Ormas NasDem, Ferry mengatakan pihak lain yang juga menyatakan diri akan mengajukan uji materi atas UU Pemilu yang baru adalah koalisi partai-partai kecil nonparlemen.
(A060)
Editor: Suryanto
Selasa, 13 Maret 2012
Marsinggo - Partai NasDem Mulai Diperhitungkan
Selasa, 13 Maret 2012
KEBERADAAN Partai NasDem yang menyodok ke posisi empat besar di bawah Golkar, PDIP, dan Partai Demokrat membuat partai-partai lain di Senayan mulai memperhitungkan kehadiran partai baru tersebut.
Anggota Dewan Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring menilai pergerakan cepat Partai NasDem bisa menjadi barometer semua partai yang ada di parlemen. Kehadiran Partai NasDem di posisi itu menunjukkan masyarakat ingin mencari alternatif.
"Ini bisa menjadi introspeksi bagaimana kondisi PKS dan warning bagi semua partai," kata Tifatul yang juga Menteri Komunikasi dan Informatika di Jakarta, kemarin.
Tifatul mengomentari hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengenai elektabilitas partai. Hasil survei LSI menunjukkan Partai Golkar menempati urutan teratas dengan 17,7% disusul PDIP (13,6%), Partai Demokrat (13,4%), dan Partai NasDem (5,9%). Enam partai lain yang melorot ialah PPP (5,3%), PKB (5,3%), PKS (4,2%), Gerindra (3,7), PAN (2,7%), dan Hanura (0,9%).
Menurut Tifatul, hasil LSI itu menggambarkan seandainya pemilu dilakukan sekarang. Jadi, masih ada waktu partai memperbaiki diri hingga 2014.
Saat menanggapi hal yang sama, kader Gerindra Martin Hutabarat mengatakan hasil survei LSI menunjukkan kehadiran NasDem yang mengusung ide restorasi dan perubahan mulai masuk ke benak masyarakat. Martin melihat hasil survei LSI itu bisa menjadi introspeksi internal setiap partai.
"Bukan ancaman, tetapi kami siap berkompetisi secara fair. Ide perubahan sangat baik untuk politik," kata Martin.
Baik Partai Hanura, PAN, maupun PPP senada bahwa hasil LSI menjadi bahan introspeksi. Ketua DPP PPP Arwani Tomafi mengaku terkejut dengan hasil LSI itu. "Perlu dicermati tren pergeseran pemilih pemula beralih ke Partai NasDem," ujarnya.
Ketua Fraksi PAN Tjatur Sapto Edi juga menganggap hasil LSI itu sebagai masukan yang baik bagi internal PAN. Bagi Saleh Husin, Wakil Sekjen Partai Hanura, hasil survei LSI itu akan melecut semangat kerja kader Hanura. (*/X-4)
Langganan:
Postingan (Atom)