Tampilkan postingan dengan label tokoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tokoh. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 24 Mei 2014

Demo Mahasiswa Dan Menolak Jokowi ke Kampus ITB

"GAWAT UDAR SEBUT JOKOWI TERIMA KOMISI"


twitter @MATANEWS

Terlepas kuasa hukum Joko Widodo membantah keterlibatan korupsi kliennya dalam pengadaan bus TransJakarta senilai Rp 1,2
triliun, namun perlu diingatkan segenap pihak agar melihat persoalan secara objektif.
Menurut pengamat politik dari The Indonesian Reform, Martimus Amin, kasus TransJakarta tidak dapat ditimpakan kepada mantan
Kepada Kadishub DKI Udar Pristono semata. Sebab, Jokowi sebagai Gubernur DKI adalah atasan langsung Udar, Jokowi selain
mempunyai kewenangan menyetujui kebijakan atas proyek, juga mempunyai tanggung tawab penuh dalam melakukan pengawasan
melekat terhadap bawahannya yang menjalankan pelaksanaan proyek.
Jika ada pelanggaran prosedur, ketidaksesuaian kriteria dan kejanggalan, maka Jokowi sebagai atasan tidak dapat
mendiamkan. Ia harus menegur, meminta klarifikasi, mengevaluasi dan pertanggungjawab bawahannya," kata Martimus Amin dalam keterangannya, Jumat (23/5).
Selain mendiamkan bus-bus karatan yang diimport dari negara China yang tidak memenuhi standar kelayakan, ternyata
berdasarkan pengakuan bawahannya Udar, secara terang-terangan menyebut keterlibatan Jokowi. Udar juga menegaskan Jokowi yang
memperkenalkan dirinya dengan Michael Bimo Putranto selaku makelar pembelian bus TransJakarta dan mantan timsesnya
sewaktu pilgub. Jokowi juga meminta Bimo diamankan sebagai pemenang tender, menyepakati komisi termasuk untuk dibagikan kepada Jokowi.
Berapa waktu lalu bahkan santer diberitakan bahwa bukti-bukti transfer kepada pihak-pihak yang menerima uang haram sudah
dipegang kejaksaan. Sehingga pembohongan publik jika tanggungjawab hukum atas dugaan kasus korupsi ini hanya disorot
dan dilimpakan kepada Udar Pristono. Jokowi adalah pejabat yang paling bertanggung jawab atas kasus tersebut.
Kejaksaan harus segera memanggil dan memeriksa Jokowi atas keterlibatan kerugian keuangan negara yang sangat fantastis Rp 1,2 triliun ini," tandas Martimus Amin


Minggu, 25 Agustus 2013

Pengamat Ragukan Elektabilitas Dino Patti

SABTU, 24 AGUSTUS 2013 | 23:35 WIB


TEMPO.COJakarta -Pengamat Politik dari Universitas Airlangga, Kacung Marijan meragukan tingkat elektabilitas calon peserta konvensi Partai Demokrat, Dino Patti Djalal. Ia menilai Dino kurang memiliki beberapa modal sebagai calon presiden 2014 yaitu sosial dan politik.

"Calon presiden itu tidak hanya pintar saja, tapi akumulatif dengan modal sosial, artinya tingkat kepercayaan publik," kata Kacung Marijan saat dihubungi, Sabtu, 24 Agustus 2013.

Ia menyatakan, ada empat modal yang harus dimiliki seorang calon presiden yaitu kemampuan individu termasuk intelektual, sosial dalam arti tingkat elektabilitas dan kepercayaan masyarakat, rekam jejak dan kemampuan politik, serta pemahaman ekonomi.

Dari empat modal ini, Dino diduga masih lemah di bidang sosial dan politik. Kacung sendiri tidak mau menduga terlalu jauh bahwa Dino akan kalah dalam konvensi. Menurut dia, Dino justru harus membuktikan beberapa keraguan terhadap dirinya selama masa konvensi.

"Yang minat jadi presiden itu banyak, orang-orangnya juga lumayan bagus. Tapi tidak cukup hanya itu. Di Indonesia itu harus punya kedekatan dengan rakyat juga," kata dia.

Komite Konvensi hari ini mengundang Dino untuk mengikuti perkenalan dan wawancara di Wisma Kodel, Jakarta. Selain visi dan misi sebagai calon presiden, komite mengajukan beberapa pertanyaan perihal tata negara, pemerintahan, sosial, budaya, serta pertahanan dan keamanan. 

Dino saat ini menjabat sebagai Duta Besar Indonesia di Amerika Serikat sejak 2010. Sebelumnya ia bersama dengan Andi Mallarangeng menjabat sebagai juru bicara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada periode 2004-2009.

Doktor bidang hubungan internasional lulusan London School for Economic and Political Science ini mengawali karirnya di Departemen Luar Negeri sejak 1987. Selain sebagai juru bicara Satuan Tugas Pelaksana Penentuan Pendapat di Timor Timur, Dino pernah menjabat sebagai Kepala Departemen Politik KBRI Washington dan Direktur Amerika Utara dan Tengah.

FRANSISCO ROSARIANS

Selasa, 16 Juli 2013

Boediono di Antara Mega dan SBY



JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden ke-5 Republik IndSoekarnoputri, istri Taufiq Kiemas, tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, bersama pesawat yang membawa peti jenazah suaminya. Taufiq meninggal dunia setelah menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Singapura, Sabtu (8/6/2013) malam. Di bandara, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono, dan para pejabat serta politisi telah menunggu kedatangan jenazah.

Megawati, yang tampak mengenakan baju hitam dan berkerudung putih, masih terlihat sesekali menyeka air matanya. Ia bersama rombongan keluarga langsung menuju Skuadron 17 Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Jenazah Taufiq akan disemayamkan dan dishalatkan oleh para pelayat yang hadir.

Mega pun menempati tempat duduk yang telah disediakan. SBY sempat menyalami Megawati, diikuti Boediono. Namun, keduanya tak duduk berdampingan. Boediono duduk di antara Megawati dan Presiden SBY. Tak ada perbincangan antara Mega dan SBY. Namun, Mega sempat berbincang dengan Boediono.

Rencananya, Presiden SBY akan memimpin prosesi pemakaman di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan. Hubungan kedua pemimpin ini memang berlangsung dingin dalam sepuluh tahun terakhir. Taufiq, dalam beberapa kesempatan juga menggelar acara di MPR yang mempertemukan keduanya. Namun, tak terlihat hubungan yang cair antara Mega dan SBY.

Taufiq wafat, Sabtu (8/6/2013) malam, di Singapura, karena penyakit komplikasi yang selama ini dideritanya. Ia menjalani perawatan di rumah sakit di Singapura sejak Senin (3/6/2013).

Taufiq menjalani perawatan setelah mendampingi Wakil Presiden Boediono meresmikan Monumen Bung Karno dan Situs Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende, Nusa Tenggara Timur pada Sabtu (1/6/2013). 

Ia meninggal dunia pada usia ke-70 tahun. Taufiq meninggalkan seorang istri Dyah Permata Megawati Setyawati atau Megawati Soekarnoputri dan tiga anak yakni Mohammad Rizki Pratama, Mohamad Prananda Prabowo, dan Puan Maharani Nakshatra Kusyala.
 

Megawati, yang tampak mengenakan baju hitam dan berkerudung putih, masih terlihat sesekali menyeka air matanya. Ia bersama rombongan keluarga langsung menuju Skuadron 17 Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Jenazah Taufiq akan disemayamkan dan dishalatkan oleh para pelayat yang hadir.

Mega pun menempati tempat duduk yang telah disediakan. SBY sempat menyalami Megawati, diikuti Boediono. Namun, keduanya tak duduk berdampingan. Boediono duduk di antara Megawati dan Presiden SBY. Tak ada perbincangan antara Mega dan SBY. Namun, Mega sempat berbincang dengan Boediono.

Rencananya, Presiden SBY akan memimpin prosesi pemakaman di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan. Hubungan kedua pemimpin ini memang berlangsung dingin dalam sepuluh tahun terakhir. Taufiq, dalam beberapa kesempatan juga menggelar acara di MPR yang mempertemukan keduanya. Namun, tak terlihat hubungan yang cair antara Mega dan SBY.

Taufiq wafat, Sabtu (8/6/2013) malam, di Singapura, karena penyakit komplikasi yang selama ini dideritanya. Ia menjalani perawatan di rumah sakit di Singapura sejak Senin (3/6/2013).

Taufiq menjalani perawatan setelah mendampingi Wakil Presiden Boediono meresmikan Monumen Bung Karno dan Situs Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende, Nusa Tenggara Timur pada Sabtu (1/6/2013). 

Ia meninggal dunia pada usia ke-70 tahun. Taufiq meninggalkan seorang istri Dyah Permata Megawati Setyawati atau Megawati Soekarnoputri dan tiga anak yakni Mohammad Rizki Pratama, Mohamad Prananda Prabowo, dan Puan Maharani Nakshatra Kusyala.

Rabu, 14 November 2012

Aroma Perpecahan Merebak di Elite Partai Nasdem

Wijaya Kusnaryanto, Berita99  
14 November 2012 jam 02:55

Pendiri Partai Nasional Demokrat Surya Paloh 
  JAKARTA - Aroma perpecahan merebak dari elite Partai Nasional Demokrat (Nasdem) terkait penyerahan mandat ketua umum. Sekjen DPP Partai Nasdem Ahmad Rofiq bereaksi keras atas pernyataan Ketua Majelis Pertimbangan Organisasi Kemasyaratan Nasional Demokrat Laksamana (Purn) Tedjo Edhy Purdjianto.
"Tedjo itu orang baru di partai. Dia tidak tahu apa-apa tentang partai ini. Tapi di politik itu biasa, banyak orang tidak tahu tapi pura-pura tahu semua. Ada yang tahu tapi pura-pura nggak tahu," tegas Rofiq di Jakarta Selasa malam, (13/11).
Sebelumnya Laksamana Tedjo, yang juga Ketua DPW Partai Nasdem Jawa Timur ini mengungkapkan agenda mandat pengurus DPP Partai Nasdem akan diserahkan kepada Surya Paloh karena tugas yang diberikan kepada Ketua Umum DPP Partai Demokrat Patrice Rio Capella dan Rofiq untuk membentuk partai sudah selesai.
"Sebagai penegasan saja, tidak ada kontrak politik atau mandat apapun terkait dengan pembentukan partai ini. Pak Surya hanya merestui dibentuknya partai ini," tegas Rofiq.
"Terlalu kecil buat Pak Surya kalau dikaitkan dengan wacana ini. Sebagai penegasan saja, partai ini telah menjadi milik publik. Maka publik juga akan melakukan kontrol terhadap partai ini. Maka kalau ada apa-apa, ya kembali ke AD/ART," tandas Rofiq.

Selasa, 13 November 2012

Belum Tentu Surya Paloh Jadi Calon Presiden dari Partai Nasdem

Minggu, 11 November 2012 , 10:04:00 WIB

Laporan: Zulhidayat Siregar

SURYA PALOH/IST

  
RMOL. Rencana mau mengambil alih kepemimpinan Partai Nasdem, bukan berarti Surya Paloh ngebet mau maju dalam pemilihan presiden 2014 mendatang. Soal siapa yang akan diusung sebagai capres dari partai yang mengusung tema perubahan itu, Surya Paloh berpikir negarawan.
Demikian disampaikan Ketua Majelis Pertimbangan Ormas Nasional Demokrat Laksamana (Purn) Tedjo Edhy Purdjianto dalam perbincangan dengan Rakyat Merdeka Online kemarin.
"Pak Surya Paloh orangnya fair. Siapa pun tokoh di Partai Nasdem yang elektabilitasnya paling tinggi, dialah yang akan maju. Bukan berarti harus beliau. Beliau juga berpikir bukan harus beliau. Pimpinan partai bukan berarti harus jadi capres. Beliau orangnya negarawan," jelasnya.
Hal itu dikatakannya mengingat, saat ini banyak tokoh di partai tersebut. Selain Surya Paloh, juga ada Ketua Dewan Pakar Partai Nasdem yang juga bos MNC Hary Tanoe dan dua tokoh yang baru bergabung, Rachmawati Soekarnoputri dan Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto.
"Tapi kalau beliau (Surya Paloh) paling tinggi (elektabilitasnya), mau nggak mau beliau yang akan maju. Jadi kita fair. Beliau orangnya berpikir negarawanlah bukan politisi. Kita di Indonesia ini kan inflasi politisi, tapi minus negarawan," sambung Ketua DPW Partai Nasdem Jawa Timur ini.
Tapi, Partai Nasdem baru akan mengajukan capres apabila pada pemilihan legislatif masuk dalam dua besar.
"Pandangan Partai Nasdem, kita akan memberikan calon presiden, apabila dalam pemilihan legislatif nanti, kita masuk 3 besar. Kalau masuk nomor 3, kita masih berpikir antara mengajukan calon atau tidak. Tetapi kalau dapat nomor 1 atau 2, kita wajib mengajukan calon. Makanya, kita menunggu sampai pemilu legislatif," tandas mantan KSAL ini. [zul]

Sabtu, 06 Oktober 2012

Anies: KPK Dilawan Karena Berhasil Pangkas Penghasilan Koruptor

Ahmad Juwari - detikNews
Jakarta Situasi KPK sangat mencekam menyusul adanya anggota Provost dan perwira Mabes Polri yang datang ke lembaga tersebut. Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan, menilai KPK dilawan karena memang berhasil memangkas penghasilan koruptor.

"KPK terkesan dilawan karena KPK berhasil memangkas penghasilan para koruptor dan menyeretnya," kata Anies di depan lobi Gedung KPK, Jl HR Rasuna Said, Jaksel, Sabtu (6/10/2012).

Menurut Anies, KPK belum pernah mengalami tekanan sebesar ini. Ia meminta, saatnya publik memilih apakah akan ikut memberantas korupsi atau justru membiarkannya. Sekarang bukan lagi saatnya saling menyalahkan, namun sudah saatnya mengambil posisi untuk mendukung KPK.

"Semuanya harus mengambil posisi mendukung KPK," pintanya.

Sebelumnya, pantauan detikcom sekitar pukul 20.00 WIB, puluhan polisi berseragam lengkap dan preman berdatangan secara bergelombang ke Gedung KPK. Tidak hanya di dalam gedung, tapi juga berada di luaran kawasan KPK. Informasi yang beredar, kedatangan Provost ini untuk menjemput penyidik KPK yang belum kembali ke Mabes Polri.

(mok/mok)


Minggu, 30 September 2012

Kendaraan Politik Bagi Rakyat

Oleh Anwari WMK

Tatkala hendak memperebutkan kursi kekuasaan, mendadak sontak para aktor politik berbicara tentang rakyat. Mereka beradu akting di ruang publik dengan mengusung citra diri sebagai pejuang sejati mewujudkan kesejahteraan rakyat. Dalam kompetisi memperebutkan kekuasaan itu, rakyat lalu dijunjung setinggi langit. Personalitas seorang politikus tiba-tiba diwarnai aura kepedulian tanpa batas dalam hal mewujudkan kedaulatan rakyat. Tetapi jelas, semuanya hanyalah aksi di atas panggung. Semuanya hanyalah lipstik dan polesan. Tak lebih dan tak kurang.

Apa yang bisa kita catat selama ini ialah timbulnya paradoks dalam perpolitikan nasional. Pada satu sisi, politik merupakan panggilan kebangsaan, dan karena itu tak pernah bergeser menjadi profesi. Dengan terjun ke dunia politik, seseorang sesungguhnya berada dalam satu titik kesadaran untuk menghibahkan diri sepenuhnya memenuhi panggilan kebangsaan. Maka, para politikus adalah pejuang yang mengusung misi besar memajukan dan memakmurkan bangsa. Tapi pada lain sisi, politik di Indonesia menjadi ladang berburu pekerjaan. Tata kelola politik dilumuri pamrih materi. Tak mengherankan pada akhirnya, politikus di negeri ini menjadi monster pemburu rente yang korup. Dengan sendirinya, politikus di Indonesia merupakan figur yang antoganistik.

Pemimpin Partai

Hingga perpolitikan nasional menerobos masuk ke dalam kurun waktu pasca-Orde Baru, sandiwara pembelaan terhadap rakyat tampak menonjol pada saat Pemilu Legislatif maupun tatkala berlangsung Pemilu Presiden. Politikus yang ambisius duduk di parlemen atau yang begitu obsesif meraih jabatan presiden, menebar janji untuk sepenuhnya membahagiakan rakyat. Kampanye Pemilu lantas menjadi sebuah siklus yang riuh redah oleh corong penyebaran janji. Sebagai imbalannya, sang politikus meminta dukungan suara dari rakyat, melalui pencontrengan di bilik-bilik suara.

Kini, sebuah cerita baru bergulir. Sandiwara pembelaan terhadap rakyat pun mewarnai perebutan kursi ketua umum sebuah partai politik. Contohnya, perebutan jabatan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golongan Karya (Golkar). Dalam Musyawarah Nasional ke-8 di Pekanbaru, Riau (5-8 Oktober 2009), empat orang politikus tampil sebagai kandidat Ketua Umum DPP Partai Golkar. Mereka adalah Aburizal Bakrie, Surya Paloh, Hutomo Mandala Putra dan Yuddy Chrisnandi. Mereka sama-sama berbicara tentang rakyat serta melontarkan resep politik bagaimana menyekahterakan rakyat. Begitu artikulatifnya pembicaraan tentang rakyat dalam Munas ke-8 itu, tak berlebihan jika dikatakan inilah sensasi baru dalam jagat perpolitikan nasional.

Memang, Munas atau Muktamar partai-partai selain Golkar telah pula membicarakan nasib rakyat. Tetapi, hanya dalam Munas ke-8 Golkar pembicaraan tentang rakyat membahana dari kandidat ketua umum. Derajat pembicaraan tentang rakyat dalam konteks Munas ke-8 Partai Golkar sama artikulatifnya dengan pembicaraan tentang rakyat selama masa kampanye Pemilu. Padahal, para kandidat Ketua Umum Partai Golkar itu tak sedang berhadapan dengan rakyat secara vis-à-vis—seperti pada musim Pemilu.

Rakyat dalam Perspektif

Hanya saja, pembicaraan tentang rakyat dalam konteks ini berada dalam perspektif yang sumir. Pembacaan secara saksama terhadap konstatasi yang dilontarkan empat kandidat Ketua Umum DPP Partai Golkar secara keseluruhan justru tanpa kejelasan esoterisme. Apa yang sesungguhnya dimaksud dengan “rakyat” dalam berondongan kata-kata empat kandidat Ketua Umum DPP Partai Golkar, tak lebih hanyalah retorika. Kata “rakyat” dalam pelataran ini masih terpaku pada pengertian yang dangkal. Tak ada kedalaman konsepsi yang mendasari segenap pembicaraan tentang rakyat.

Dalam Kompas edisi 5 Oktober 2009, Yuddy Chrisnandi berbicara tentang rakyat sehubungan dengan penurunan suara Partai Golkar pada Pemilu Legislatif 2009. Nomenklatur “rakyat” terpatri ke dalam narasi kalimat Yuddy seperti ini: ”Suara Partai Golkar turun disebabkan faktor kepemimpinan yang tidak solid dan merakyat, mengabaikan kekuatan lain, serta merasa puas pada capaian sebelumnya. Pemimpin seharusnya mampu menggerakkan seluruh jajaran turun ke bawah serta menjaga persatuan sehingga terbangun soliditas. Pemilu lalu semua berjalan sendiri. Reposisi politik Partai Golkar juga tidak jelas, partai pemerintah atau oposisi yang senantiasa mendukung cita-cita rakyat. Kader yang membela rakyat malah diperingatkan. Akibatnya, Golkar dilupakan rakyat.”

Dalam konteks ideologi, Yuddy juga berbicara tentang rakyat dengan narasi kalimat seperti ini: Golkar itu nasionalis religius kerakyatan. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengukuhkan sebagai partai religius. Komitmen Golkar melindungi NKRI dari pertentangan ideologi, separatisme, atau SARA dengan membingkai kebhinnekaan. Pembangunan nasional harus ditujukan untuk rakyat. Tujuan ini mulai melemah. Golkar juga bukan partai agama yang berpihak hanya pada Islam, Kristen, Hindu, Buddha, atau satu golongan. Karena itu, harus berjuang semaksimal mungkin agar semua peraturan diterima secara adil oleh seluruh rakyat.”

Hutomo Mandala Putra juga menggunakan nomenklatur “rakyat” demi mengklarifikasi mengapa akhirnya ia maju sebagai kandidat Ketua Umum Partai Golkar. Kata Hutomo Mandala Putra, ”Saya membawa visi-misi lebih jelas tentang karya-kekaryaan dan ekonomi rakyat. Golkar selama ini hanya dimanfaatkan elite politiknya. Ke depan, Golkar harus lebih membantu rakyat mewujudkan cita-citanya. Golkar juga harus lebih tegas menjaga kedaulatan bangsa. Saat Orde Lama, kita bertambah Papua. Orde Baru, bertambah Timtim. Tapi, saat Reformasi kehilangan Timtim, Sipadan, Ligitan.”

Saat menyinggung kemestian-kemestian baru yang niscaya dilakukan Golkar, Hutomo Mandala Putra berbicara tentang rakyat dengan konstruk kalimat seperti ini: “Golkar harus mewujudkan cita-cita rakyat secepatnya, tidak perlu menunggu Pemilu. Sudah saatnya kita berkarya sekarang ini. Karena itu, sejak awal saya tidak ingin terlibat praktik ”dagang sapi” atau pragmatisme. Saya harus mengedepankan program-program yang harus dilaksanakan Golkar di daerah-daerah jika ingin menang di 2014.”

Dalam wawancara dengan harian Seputar Indonesia (6 Oktober 2009), Hutomo Mandala Putra berbicara tentang konsep Trikarya untuk keperluan membesarkan Golkar. Salah satu poin dalam konsep Trikarya itu berbunyi: “Partai Golkar harus dijadikan kendaraan politik rakyat untuk mewujudkan harapannya”. Dua poin yang lain adalah: (1) Keharusan bagi Golkar menjadi partai independen, mandiri dan dinamis, serta (2) Partai Golkar mewujudkan wajib belajar 12 tahun secara gratis untuk sekolah negeri dan pelayanan kesehatan gratis yang berkualitas.

Sungguh pun demikian, pembicaraan tentang rakyat tak menukik pada kedalaman filosofi. Di sini, pembicaraan tentang rakyat bernuansa banalitas. Itu karena, masih bertahan relasi subyek-obyek di dunia politik. Para aktor politik tak habis-habisnya memosisikan diri sebagai subyek. Sementara rakyat, disudutkan sebagai obyek. Itulah mengapa, pembicaraaan tentang rakyat terjebak ke dalam logika formal, bukan resultante dari dialektika lahir batin bersama rakyat itu sendiri. Maka, pembicaraan tentang fungsi partai politik sebagai kendaraan politik bagi rakyat jelas masih sebatas utopia. “Kendaraan politik bagi rakyat” hanyalah isu temporer menghadapi Munas. Maka, dengan cepat isu ini bakal berlalu bersama angin.

Jakarta, 7 Oktober 2009

Jokowi Menjawab @ Indonesian Lawyers Club [TvOne]



Kamis, 27 September 2012

Golkar Terancam Eksodus Kader


JAKARTA– Partai Golkar perlu segera melakukan konsolidasi secara intensif dan memunculkan beberapa tokoh pengganti figur-figur kuat yang telah hengkang. Hal ini penting untuk membendung potensi eksodus kader ke partai lain.

Pengamat politik dari Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung Asep Warlan Yusuf mengatakan, saat ini Golkar sedang mengalami ketimpangan dari basis dukungan. Menurut dia, tak bisa dimungkiri, sejumlah tokoh politikus senior yang telah hengkang dari Golkar seperti Surya Paloh, Wiranto, dan Prabowo Subianto pernah memiliki basis dukungan tersendiri di partai berlambang beringin tersebut.

Terlebih, mereka membentuk partai sendiri, yaitu Partai NasDem, Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). ”Kalau persoalannya sudah basis dukungan, ini memang ancaman bagi Golkar. Suatu saat akan ada momentumnya meski sekarang seolah tenangtenang saja.Apalagi tiap tokoh sudah menjadi figur sentral di parpol lain,” ujar Asep kepada SINDOkemarin.

Sabtu, 04 Agustus 2012

Surya Paloh Beli Perusahaan Tambang Australia yang Sedang Bermasalah

Helena Tan
Surya Paloh
Surya Paloh
Intrepid Mines Limited mengumumkan telah menjual 5 persen sahamnya kepada Surya Paloh.
BRISBANE, Jaringnews.com - Hanya sepekan setelah mempertimbangkan mengajukan tuntutan hukum kepada mitra bisnis lokalnya di Indonesia, sebuah kejutan lain menyusul dari Intrepid Mines Limited, sebuah perusahaan pertambangan berkantor pusat di Brisbane, Australia. Perusahaan itu mengumumkan telah menjual 5 persen sahamnya kepada Surya Paloh, taipan media terkemuka di Indonesia dan tokoh pendiri ormas Nasdem.

Dalam siaran pers yang dilansir kemarin, Intrepid mengatakan telah menyepakati penjualan sebesar 27.68 juta lembar saham biasa atau sekitar lima persen dari total saham perusahaan itu kepada Surya Paloh.

“Bapak Paloh dan koleganya akan bekerja sama dengan Perusahaan dalam membantu berurusan dengan pemangku kepentingan kunci di Indonesia, baik di tingkat pusat mau pun daerah. Sebagai pemegang saham yang substantif di Intrepid, dimana kepentingannya kini selaras dengan kepentingan pemegang saham yang ada, Bapak Paloh adalah orang yang tepat dalam mempromosikan profil dan kepentingan bisnis Perusahaan di Indonesia,” demikian siaran pers perusahaan itu.

CEO Intrepid, Brad Gordon, menambahkan, “Kami senang bekerjasama dengan Bapak Paloh, orang yang mempunyai jejaring yang luas dan sangat berpengalaman mengarungi lautan bisnis di Indonesia yang sangat bermanfaat bagi Perusahaan dalam memelihara keberadaannya di Indonesia."

Masuknya Surya Paloh ke Intrepid telah didahului oleh ditempatkannya Adrianto Machribie dalam dewan direksi Intrepid pada November 2011. Machribie sebelumnya pernah menjadi salah seorang eksekutif di Grup Media Indonesia.

Langkah Surya Paloh ke Intrepid semakin menarik karena sebelumnya perusahaan ini telah menyiapkan langkah hukum melawan mitra lokalnya di Indonesia. Mitra lokal itu telah ‘menendang’ Intrepid dari proyek pertambangan senilai US$5 miliar di Jawa.  Proyek Tujuh Bukit yang terlatak 200 kilometer di Selatan Surabaya itu, merupakan proyek pertambangan emas, perak dan tembaga milik Intrepid Mines bersama mitra lokalnya Indo Multi Niaga.

Dua pekan lalu mitra lokalnya itu menguasai dan menyita proyek pertambangan itu tanpa pejelasan. Sebagaimana dilaporkan Radio Australia, pekan lalu, penyitaan ini  terjadi menyusul adanya perubahan kepemilikan perusahaan lokal itu secara misterius.

Sejak 2007, Intrepid Mines telah menanam modal hampir US$100 juta untuk pengembangan proyek Tujuh Bukit. Intrepid Mines adalah penyedia dana tunggal  proyek tersebut berdasarkan pengaturan yang memberinya keuntungan 80 persen dalam operasi itu. Ada pun mitanya, PT Indo Multi Niaga atau IMN memegang lisensi eksplorasi.

Menurut Radio Australia, beberapa minggu lalu sejumlah pemilik saham baru mengambil-alih mayoritas saham IMN dan tiba-tiba datang ke Tujuh Bukit dengan helikopter. Brad Gordon, CEO Intrepid Mines, menjelaskan, para pemegang sahama baru mitra lokal itu  datang ke lokasi dan menutup operasi, memulangkan 660 orang. Harga saham Intrepid yang terdaftar di bursa saham Australia dan Kanada pun sempat jatuh oleh insiden tersebut. Tahun lalu harga sahamnya sempat mencapai US$2, tetapi sekarang hanya sekitar 25 sen.

Dengan potensi produksi jutaan ons emas dan perak begitu dikembangkan, Tujuh Bukit sangat menarik bagi investor. Tapi mungkin masih dibutuhkan milyaran dolar untuk mencapai produksi sebesar itu. Intrepid sedang melakukan negosiasi dengan IMN mengenai pembagian saham di masa depan tapi macet beberapa bulan lalu.

Kabar tentang masuknya Surya Paloh telah mendorong harga saham perusahaan ini di bursa Australia  melonjak sebesar 30 persen. Namun, yang diharapkan oleh Intrepid dari Surya Paloh diperkirakan lebih dari itu.

Menurut Peter Gray, analis pada Hartley’s Ltd yang berbasis di Perth, usaha Intrepid membawa Surya Paloh masuk ke dalam jajaran pemegang saham tidak lepas dari memanfaatkan pengaruh mantan Ketua Dewan Pembina Golkar itu terutama untuk menyelesaikan masalah yang kini mereka hadapi.
(Hal / Deb)

Kamis, 21 Juni 2012

PEREMPUAN PEREMPUAN ACEH TEMPO DULU YANG PERKASA


Perempuan millenium Indonesia masih berjuang menegakkan kesamaan haknya – yang terinspirasi oleh “gerutuan” R.A. Kartini. Namun, 7 abad lalu perempuan Aceh telah menikmati hak-haknya sebagai manusia yang setara tanpa perdebatan.
Di Matangkuli, Kecamatan Minye Tujoh,Aceh Utara, terdapat sebuah makam kuno yang nisannya bertuliskan bahasa Arab dan Jawa Kuno. Di nisan itu, tertoreh nama Ratu Ilah Nur yang meninggal tahun 1365. Siapa Ilah Nur ? Ilah Nur adalah seorang Ratu yang memerintah Kerajaan Pasai. Keterangan itu juga terdapat dalam kitab Negara Kertagama tulisan Mpu Prapanca dan buku Hikayat Raja-Raja Pasai. Tidak banyak keterangan yang didapat oleh peneliti tentang masa pemerintahan Ratu Ilah Nur ini.
Perempuan Aceh memang luar biasa.Mereka mampu mensejajarkan diri dengan kaum pria. Bahkan, dalam peperangan pun, yang biasanya dilakukan kaum pria, diterjuni pula.Mereka menjadi komandan, memimpin ribuan laskar di hutan dan digunung-gunung. Para perempuan Aceh berani meminta cerai dari suaminya – bila suaminya berpaling muka kepada Belanda. Kaum pria Acehpun bersikap sportif. Mereka dengan lapang hati memberikan sebuah jabatan tertinggi dan menjadi anak buahnya. Diantara mereka menjadi amat dikenal bahkan melegenda, seperti Cut Nayk Dien, Laksamana Kumalahayati, dan sebagainya.
Beberapa preode, Kerajaan Aceh Besar yang berdaulat, pernah dipimpin oleh perempuan. Selain Ratu Ilah Nur,ada Sultanah Safiatuddin Syah, Ratu Inayat Zakiatuddin Syah, Sultanah Nurul Alam Naqiatuddin Syah dan Ratu Nahrasiyah. Sementara yang terjun ke medan pertempuran, ada Laksamana Malahayati, Cut Nyak Dien, Cut Meutia, Pocut Baren dan Pocut Meurah Intan. Ada pula yang menjadi ullebalang (penguasa lokal).
Ratu Nahrasiyah
Dr.C. Snouck Hurgronje terkagum-kagum menyaksikan sebuah makam yang demikian indah di situs purbakala Kerajaan Samudera Pasai di AcehUtara. Makam yang terbuat dari pualam itu, adalah makam Nahrasiyah,seorang Ratu, putri dari Sultan Zain al-Abidin. Ia memerintah lebih dari 20 tahun. Nama Sultan Zain al-Abidin dalam berita –berita Tiongkokdikenal dengan Tsai-nu-li-a-ting-ki. Kronika Dinasti Ming (1368-1643)menyebutkan, Ratu ini mengirimkan utusan-utusannya yang ditemani olehsida-sida China Yin Ching kepada mahararaja China, Ch’engtsu(1403-1424). Pada tahun 1415 Laksamana Cheng Ho dengan armadanya datang mengunjungi Kerajaan Samudera Pasai. Ratu yang dimaksud dalam berita China itu tidak lain adalah Ratu Nahrasiyah.
Sultanah Safiatuddin Syah (1641-1675)
Bersyukur bahwa catatan tentang Sultanah Safiatuddin Syah cukup banyak sehingga dapat memberikan gambaran yang memadai tentang kiprahnya memimpin.Syafiatuddin Syah lahir tahun 1612 dan anak tertua Sultan Iskandar Muda. Puteri Syafiatuddin gadis yang rupawan, cerdas dan berpengetahuan. Setelah dewasa, dia dinikahkan dengan Iskandar Thani,putera Sultan Pahang yang dibawa ke Aceh setelah dikalahkan oleh Sultan Iskandar Muda. Sultanah Safiatuddin Syah memerintah selama 35 tahun(1641 – 1675), pada masa-masa yang paling sulit karena Malaka diperebutkan antara VOC dengan Potugis. Ia dihormati oleh rakyatnya dan disegani Belanda, Portugis, Inggris, India dan Arab. Ia meninggal 23 Oktober 1675.
Sultanah Nurul Alam Naqiatuddin Syah
Sultanah Naqiatuddin adalah puteri Malik Radiat Syah. Hal penting dan fundamental yang dilakukan oleh Naqiatuddin pada masa pemerintahannya adalah melakukan perubahan terhadap Undang Undang Dasar Kerajaan Acehdan Adat Meukuta Alam. Aceh dibentuk menjadi tiga federasi yang disebut Tiga Sagi (lhee sagoe). Pemimpin Sagi disebut Panglima Sagi. Maksud dari pemerintahan macam ini agar birokrasi tersentralisasi dengan menyerahkan urusan pemerintahan dalam negari-negari yang terbagi Tiga Sagi itu. Untuk situasi sekarang, sistem pemerintahan Kerajaan Aceh dulu sama dengan otonomi daerah. Masa pemerintahannya singkat(1675-1678).
Ratu Inayat Zakiatuddin Syah
Naqiatuddin Syah meninggal, digantikan oleh Inayat Zakiatuddin Syah. Menurut orang Inggris yang mengunjunginya tahun 1684, usianya ketika itu sekitar 40tahun. Ia digambarkan sebagai orang bertubuh tegap dan suaranya lantang. Inggris yang hendak membangun sebuah benteng pertahanan guna melindungi kepentingan dagangnya ditolak Ratu dengan mengatakan,Inggris boleh berdagang, tetapi tidak dizinkan mempunyai benteng sendiri. Tamu lainnya adalah kedatangan utusan dari Mekkah. Tamu tersebut bernama El. Hajj Yusuf E. Qodri yang diutus oleh Raja Syarif Barakat yang datang tahun 1683. Ratu meninggal 3 Oktober 1688, lalu ia digantikan oleh Kamalat Zainatuddin Syah.
Ratu Kamalat Zainatuddin Syah
Silsilah ratu ini tidak banyak diketahui. Ada dua versi tentang asal usulnya.Perkiraan pertama ia anak angkat Ratu Sultanah Safiatuddin Syah dan lain pihak mengatakan ia adik Ratu Zakiatuddin Syah. Yang jelas, Ratu Zakiatuddin Syah berasal dari keluarga-keluarga Sultan Aceh juga. Pada masa Kamalat Syah bertahta, para pembesar kerajaan terpecah dalam dua pendirian. Orang kaya bersatu dengan golongan agama menginginkan kaum pria kembali menjadi Sultan. Kelompok yang tetap menginginkan wanita menjadi raja, adalah Panglima Sagi. Ia turun tahta pada bulan Oktober1699. Pada masa pemerintahannya, ia mendapatkan kunjungan dari Persatuan Dagang Perancis dan serikat dagang Inggris, East IndianCompany.
Cut Nyak Dien
Nama Cuk Nyak Dien bagai sebuah legenda. Setelah suaminya, Teuku Umar meninggal, ia memilih melanjutkan perjuangan bersenjata dengan pilihan : hidup atau mati di hutan belantara dari pada menyerah kepada Belanda. Ia membiarkan dirinya menderita dan lapar di hutan sambil terus dibayangi oleh pasukan marsose Belanda yang mengejarnya. Adakalanya ia berminggu-minggu tidak menjumpai sesuap nasipun. Ia melakukan itu selama 6 tahun. Ia lahir tahun 1848. Ayahnya, Teuku Nanta Setia, seorang uleebalang. Ibunya juga keturunan bangsawan. Cut Nyak Dien aktif di garis depan. Akibatnya ia jarang berkumpul dengan suami dan anaknya. Persembunyian Cut Nyak Dien ditemukan oleh Belanda. Dalam keadaan buta dan lemah, ia ditangkap.Dengan tandu, Cut Nyak Dien dibawa oleh pasukan Belanda. Tanggal 11Desember 1906, Pemerintah Belanda mengasingkan Cut Nyak Dien dan kemanakannya ke Sumedang, Jawa Barat. Pada 9 November 1908 ia meninggal.
Cut Meutia
Memegang pedang yang sudah dikeluarkan dari sarungnya, rambut terurai, tanpa ada keraguan sedikit pun, Cut Meutia menyongsong pasukan Belanda yang dipimpin oleh Mosselman. Satu peluru di kepala dan dua di tubuhnya merubuhkan wanita yang digambarkan berparas cantik, kulit kuning berambut panjang. Ia tewas tangal 25 Oktober 1910 di hulu Sungai Peutoesetelah pengejaran yang melelahkan oleh pasukan elit Belanda. Cut Muetia lahir tahun 1870. Ayahnya, Teuku Ben Daud, seorang uleebalang Pirak yang setia terhadap Sultan Aceh, Muhammad Daud Syah. Ibunya bernama Cut Jah. Pesonanya sesuai dengan namanya Muetia yang diartikan mutiara. Ia menikah dengan Teuku Syamsarif seorang uleebalang tahun1890 dalam sebuah pernikahan yang agung sebagai anak uleebalang.Bercerai dari suaminya, gelora jiwanya terlepas bebas sudah. Ia punikut bergerilya bersama ayah dan saudara-saudaranya. Kemudian iadinikahkan dengan Teuku Cut Muhammad (Chik Tunong) dan barulah ia benar-benar ikut angkat senjata.
Pocut Baren
Pocut Baren lahir di Tungkop. Ia putri seorang uleebalang Tungkop bernama Teuku Cut Amat. Daerah uleebalang Tungkop terletak di Pantai Barta Aceh. Suaminya juga seorang uleebalang yang memimpin perlawanan di Woyla. Pocut Baren merupakan profil wanita yang tahan menderita,sanggup hidup waktu lama dalam pengembaraan di gunung dan hutan belantara mendampingi suaminya. Ia disegani oleh para pengikut, rakyat dan juga musuh. Ia berjuang sejak muda dari tahun 1903 hingga tahun1910. Ia memimpin pasukannya di belahan barat bersamaan dengan Cut NyakDien ketika masih aktif dalam perjuangan. Suatu penyerangan besar-besaran dibawah pimpinan Letnan Hoogers, meluluh lantahkankan benteng pertahanan Pocut Baren. Kaki Pocut Baren tertembak dan ia dibawa ke Meulaboh. Sebagai penghargaan atas dirinya, Belanda menghadiahkan sebuah kaki palsu untuknya yang didatangkan khusus dariBelanda. Ia wafat tahun 1933.
Pocut Meurah Intan
Pocut Meurah Intan seorang puteri bangsawan dari kalangan Kesultanan Aceh.Ayahnya Keujruen Biheue berasal dari keturunan Pocut Bantan. Ia menikah dengan Tuanku Abdul Majid, salah seorang anggota keluarga Sultan Aceh,yang gigih menantang kehadiran Belanda. Belanda mencatat, bahwa PocutMeurah salah satu figur dari Kesultanan Aceh yang paling anti Belanda.Dalam laporan kolonial (Koloniaal Verslag) tahun 1905, sampai tahun1904 satu-satunya tokoh dari kalangan Kesultanan Aceh yang belum menyerah dan tetap bersikap anti Belanda adalah Pocut Meurah Intan.
Intensitas patroli Belanda yang semakin meningkat, membuat Pocut Meuran Intan bersama kedua putranya tertangkap marsose. Namun sebelum tertangkap, ia masih melakukan perlawanan yang mengagumkan pihak lawan. Ia mencabut rencongya menyerbu brigade tempur Belanda. Terbaring di tanah digenangi darah dan lumpur, Veltman mengira ia tewas lalu meninggalkannya. KataValtman, biar dia meninggal ditangan bangsanya sendiri. Pocut Meuran Intan ternyata masih hidup. Ia diselamatkan. Valtman, pemimpin pasukanBelanda yang berpengalaman dan baik hati, menyebutnya sebagai heldhaftig (gagah berani). Veltman kemudian mengirim dokter untuk merawat luka-lukanya. Pocut Meurah Intan yang pincang dengan kedua putranya 6 Mei 1905 kemudian diasingkan ke Blora, Jawa. Pada 19 Septembar 1937 Pocut Meurah Intan meninggal. (Wanita Utama Aceh / Rizal Bustami)  (http://kabarinews.com/)

Minggu, 20 Mei 2012

Sabtu, 19 Mei 2012

Lagi pidato

From Marsinggo



Eh semua keponakkan, kalian harus mematuhi ,kata orang tua kalian . Kalau kalian mampu, senangkan hati orang tuamu . Jangan bikin masalah yang menyusahkan pikiran orang tua  . Ini bagi semua kalian , baik laki2 maupun wanita , cucu Dahniar Gobah.




Jakarta tempo dulu  - Jakarta tempo dulu 
Media Indonesia - http://www.mediaindonesia.com/
Metro TV - http://metrotvnews.com/
surya syam google +  - https://plus.google.com/101048332958491405123/posts


               Ini Foto Pernikahan Ibu Dahniar dan Papa Syamsuddin Rasul di Gobah  Tahun 1938

e


Papa :

Anak2 Papa hanya bisa berpesan : Kalian  hidup rukun damai dan melangkah di jalan yang diridhoinya.Semoga Tuhan memberkati kita semua .Amin ...........





 Ini anak cucu dan menantu serta 2 orang cicit Ibu Dahniar/papa Syamsuddin


                                                      







Djawa Tempo Doeloe  -  http://djawatempodoeloe.multiply.com/photos/album/
Minangkabau Klasik - lagu-minang-klasik.htm  
"BENTENGSTELSEL"  -  http://niod.x-cago.com/maleise_kranten/article.do?
Sociopolitico - http://sociopolitica.wordpress.com/
Sejarah - abdul-qahhar-mudzakkar- 
Carito rakyat - Asal-Mula-Nama-Nagari-Minangkabau#

Aku dan Ponakan - Aku dan Ponakan
 Moch Wirgan - Moch Wirgan
Sejarah Hinda Belanda - http://www.scholieren.com/werkstukken/72708
Jawa tempo dulu - http://djawatempodoeloe.multiply.com/photos/album/254

Selasa, 17 April 2012

Mengapa saya bernama Gempar Soekarno Putra


Soekarno" dalam nama panjangnya jelas merujuk kepada nama Presiden I Republik Indonesia, Ir. Soekarno. Lebih dari 50 tahun lalu, saat masih berkuasa, Sang Proklamator jatuh hati dan menikahi ibunda Gempar, Jetje Langelo, di Manado. Namun asal-usul dan "darah biru" yang diwarisinya malah membuat jalan hidup Gempar penuh liku.

Mei 1998, ketika iklim politik Indonesia memanas dan pemerintahan Soeharto memasuki senja, Jetje Langelo (dibaca: Yece) melihat sesosok wajah yang amat dikenalnya di antara para demonstran yang menduduki Gedung DPR/MPR. Charles Christofel, salah satu putranya, terlihat di antara ratusan massa mahasiswa berjaket kuning yang tengah meminta Soeharto turun takhta. Ketika itu Charles adalah mahasiswa Fakultas Hukum Program Ekstensi Universitas Indonesia.

Fenomena itu membut Jetje gundah. Putranya itu dipanggil pulang ke Manado. Tapi karena berbagai kesibukan pekerjaan, Charles baru muncul Desember 1999, sekalian merayakan Natal. Charles tidak pernah menyangka, apa yang kemudian terjadi di rumah ternyata mengubah jalan hidupnya. Di dinding rumah Jetje telah terpasang foto-foto ibunya semasa muda yang tampak berdiri akrab dengan seorang pria yang dikenalknya sebagai Ir. Soekarno."Kamu adalah anak Soekarno." Begitu kata-kata Jetje yang terasa bagai petir di telinga Charles. Ibundanya yang dipanggil mami, juga menerangkan bahwa ini sengaja dirahasiakan, lebih dari 40 tahun, tak lain karena amanat Soekarno sendiri yang menginginkan anaknya diamankan, jika sewaktu-waktu kekuasaannya jatuh. Apalagi pada awal-awal pemerintahan Orde Baru, kata Jetje, ada operasi militer yang hendak menumpas sisa-sisa rezim Orde Lama. Ia takut terjadi sesuatu pada dirinya dan Gempar.

Bukan sekadar ucapan, Jetje juga mengeluarkan sejumlah dokumen yang selama ini disembunyikan. Antara lain berupa foto, surat-surat, tongkat komando, keris, serta amanat yang ditulis oleh tangan Soekarno sendiri. Dalam amanat tertulis permintaan agar anak yang lahir pada 13 Januari 1958 itu, kelak pada saatnya ia sudah dewasa berpolitik, dinamai: Muhammad Fatahillah Gempar Soekarno Putra. "Kutitipkan bangsa dan negara kepadanya!"

Jadi kondektur bemo
Kenyataan ini memang tidak serta merta mengubah hidup Charles yang kemudian menyandang nama baru: Gempar Soekarno Putra. Ia tetap seorang pengusaha yang juga berprofesi sebagai konsultan hukum di Jakarta. Namun ada niatannya untuk lebih mengenal ayah biologis yang tidak pernah diingatnya itu. Langkah awalnya mengunjungi makam Soekarno di Blitar. Lalu dengan penuh kesadaran, di sebuah masjid di kawasan pemakaman raja-raja Jawa, di Imogiri, ia memeluk agama Islam.

Dengan identitas dan legalitas baru, Gempar melanjutkan hidupnya yang saat itu sudah tergolong mapan. Pekerjaan dan karir cerah, materi cukup, serta sudah berkeluarga dengan seorang istri (Jeane Augusta Lengkong) dan seorang putra (Yohanes Yoso Nicodemus). Segala pencapaian ini terus disyukurinya mengingat jalan hidupnya yang penuh onak dan duri.

Pada usia SD, Gempar sudah dititipkan di rumah kakak dari suami pertama Jetje. Meski ikut famili, ternyata ia tidak diperlakukan sebagai anak biasa dan harus bekerja keras hingga mirip seperti pembantu. Perlakuan keluarga itu, menurut Gempar, juga sangat menyakitkan. Untuk mencukupi kebutuhannya, ia harus berjualan es. Pada usia belasan, ia juga pernah menjadi kondektur bemo. Tapi sekolahnya tidak pernah berhenti, hingga tamat dari SMA Negeri 1 pada 1977 dengan prestasi lima besar.

Beberapa bulan setelah tamat sekolah, Gempar merantau ke Jakarta dan tinggal dengan keluarga pihak ibunya. Namun ia maklum, jika perlakuan keluarga-keluarga itu juga tidak ramah kepadanya. Ia sering diperlakukan kasar sehingga harus terusir dan berpindah-pindah rumah. Bahkan pernah ikut di rumah seorang pedagang buah di daerah Gandaria, Jakarta Selatan.

Hidup Gempar baru benar-benar mapan setelah bekerja sebagai tukang ketik di kantor notaris Frederik Alexander Tumbuan, masih di sekitar daerah Gandaria. Tahun 1985 ia malah bisa berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Berbekal dari pekerjaan dan kuliahnya, pekerjaan yang digelutinya kemudian lebih banyak terkait dengan hukum atau di perusahaan biasa disebut bagian legal. Ia juga menjadi konsultan hukum di beberapa perusahaan elektronik seperti Hitachi, Toshiba, ITT, Grundig, serta beberapa bank. Dari pekerjaan itu perlahan-lahan kehidupannya mulai mapan, setelah memiliki beberapa bidang tanah dan kendaraan di Jakarta.

"Siap, Bung Karno!"
Awalnya Gempar mengenal Soekarno tak lebih sebagai mantan Presiden RI. Ia ingat, sewaktu SMP, pernah nekat membuka sebuah kopor besi yang sengaja disembunyikan ibunya di atas plafon rumah. Tapi selanjutnya isi kopor yang kelak dipakai untuk membuka jati dirinya itu, tidak terlalu dihiraukannya. "Malah ada tongkat komando yang pernah saya pakai untuk menggali-gali tanah," tutur Gempar tentang kenakalannya di masa kecil terhadap benda-benda peninggalan Soekarno itu.

Cerita tentang sang ayah didapat dari Jetje sebelum akhirnya meninggal pada November 2004. Dalam ingatan Jetje, Soekarno mulai mengenalnya ketika berkunjung ke Manado tahun 1953. Sejak itu keduanya menjalin hubungan melalui surat atau telegram, serta sesekali bertemu jika kebetulan Presiden berkunjung ke Manado. Tapi orangtua Jetje tidak merestui niat Soekarno untuk menikahi putri mereka. Maka begitu lulus dari sekolah SGA Roma Katolik Manado, Jetje dinikahkan dengan Leo Nico Christofel, anggota TNI berpangkat Letnan Satu.

Meski sudah dikarunia dua anak, akhir 1955, Jetje dan Leo bercerai. Hubungan dengan Soekarno berlanjut kembali hingga akhirnya keduanya menikah secara Islam tahun 1957 di Manado. Perkawinan itu sempat dipestakan juga di Jakarta, namun Jetje yang dipanggil "Ice" oleh Soekarno, kemudian kembali lagi ke Manado. Baru setelah menjelang kelahiran Gempar, Jetje berniat menyusul suaminya, tapi batal karena ada pemberontakan Permesta. Soekarno baru dapat menggendong anaknya untuk pertama (dan terakhir kali) tahun 1960.

Menurut Gempar, ada beberapa pejabat dekat Soekarno yang mengetahui soal pernikahan ini. Seperti Mayor Sugandi (ajudan Presiden), Henk Ngantung (Gubernur Jakarta), Ibnu Sutowo (kemudian menjadi Dirut Pertamina), atau Ali Sadikin. Dalam ingatannya, ia pernah beberapa kali menemani ibunya menemui beberapa pejabat itu di Jakarta. Belakangan setelah jati dirinya di buka, Gempar juga sempat bertemu Ali Sadikin. "Pak Ali masih ingat dan menanyakan kabar ibu saya," katanya.

Ketika Soekarno masih berkuasa, Jetje sempat menikmati kehidupan yang layak dengan diberi rumah di Jln. Tikala, sebuah kawasan elit khusus pejabat di Manado. Gempar di usia balita juga mendapat kiriman mainan yang bagus dan mahal dari Jakarta. "Waktu sekolah saya juga sering dibilang teman, 'Siap Bung Karno', karena katanya mirip Bung Karno kalau memakai peci," kata Gempar yang awalnya menganggap itu sebagai sekadar olok-olok, tapi belakangan diterimanya sebagai semacam petunjuk bahwa dirinya anak Soekarno.

Diminta tes DNA
Keberadaan "satu lagi anak Soekarno" ini terkuak ke publik setelah majalah Kartini memuat serial kehidupan Gempar, pada terbitan awal tahun 2000. Tulisan bersambung berbentuk features itu memuat kisah kehidupan Gempar di masa lalu, terutama menekankan masa-masa penderitaannya. Sepintas terbaca seperti dongeng. Namun kepada Intisari, Gempar tegas menyatakan kisah itu sejati. Tidak ada yang dibuat-buat atau ditambah-tambahi.

Justru pihak keluarga, terutama putranya yang saat itu masih usia anak-anak, sempat keberatan pada kisah-kisah pilu yang diekspos. Karena itu Gempar merasa perlu memberi pengertian bahwa kisah masa lalu tidak perlu ditutup-tutupi. Justru kalau direkayasa, harusnya merasa malu. Baru kemudian putranya bisa mengerti dan justru merasa bangga pada kegigihan ayahnya menjalani hidup.

Ramainya publikasi media rupanya mengusik keluarga besar Soekarno. Berdasarkan cerita Gempar, tahun 2003, ia dihubungi pengacara dari Guruh Soekarno Putra untuk menjajaki kemungkinan tes DNA. Ia tidak menolak, tapi mengajukan syarat: tes bukan atas permintaan dirinya, dilakukan secara terbuka, dan sampel darah yang diambil harus dikawal oleh tim kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Permintaan itu tidak ada kabarnya sampai sekarang. Gempar menduga, lantaran dalam uji DNA, tim dokter harus mengambil sampel darah pembanding. Artinya sampel darah anak-anak Soekarno lain harus juga ikut diambil. Tentu bisa dibayangkan sulitnya mengumpulkan orang-orang yang sebagian besar merupakan tokoh-tokoh politik nasional.

Namun kalau pun itu suatu kali harus terjadi, Gempar akan bersikukuh dengan syarat yang diajukannya. "Biar jelas kalau bukan saya yang mencari popularitas. Kalau pun hasilnya benar, ya alhamdulillah. Kalau tidak, berarti ibu saya pembohong," tuturnya tanpa merasa sedikit pun memiliki beban.

Saat ini Gempar bersyukur terhadap satu warisan yakni kemiripan fisik, terutama wajah. Apalagi kalau ia memakai peci, yang kini jadi seragam wajibnya saat hadir di acara-acara resmi. Dalam acara kampanye menjelang Pemilu, ia malah sengaja memakai baju mirip baju kebesaran Soekarno, komplit dengan kacamata hitam model jadul.

Wajah mirip, ditambah publikasi media, menjadikan Gempar seperti selebritis. Efek positifnya, banyak orang merasa segan. Misalnya ketika Gempar berhubungan dengan birokrasi, orang akan menolak pemberian amplop sekadar sebagai tanda terima kasih. "Katanya mereka merasa tidak enak menerima uang dari anak Proklamator," tutur Gempar menirukan orang-orang itu.

Satrio piningit?
Dalam kopor besi yang disimpan Jetje, sebenarnya Soekarno juga mewarisi Gempar tongkat komando dan dua bilah keris. Namun atas saran seorang kiai, sebilah keris dibuangnya ke sungai. Sebuah tindakan yang ternyata kini disesalinya, karena menurutnya menyimpan keris bukan berarti menyembahnya. Sedangkan tongkat komando sudah diberikan kepada kelompok spiritual. "Saya jadi proaktif, suaranya juga jadi keras, kalau memegang tongkat itu," katanya terus terang.

Amanat sang ayahlah yang akhirnya membuat Gempar kemudian turut aktif berpolitik. Semua diawalinya dari langkah kecil yakni di Partai Nasional Indonesia Bersatu, lalu Partai Pemersatu Nasionalis Indonesia, kemudian Partai Nasional Indonesia Massa Marhaen, dan kini menjabat Wakil Ketua Umum Partai Barisan Nasional (Barnas). Dalam Pemilu 2009 lalu, Barnas hanya menempati urutan 16 besar. Gempar yang calon legislator di urutan 1 daerah pemilihan Jawa Timur VIII juga gagal jadi anggota DPR.

Ia pernah disebut-sebut sebagai satrio piningit, suatu mitos calon pemimpin masa depan dalam ramalan Jayabaya, tapi Gempar mengaku setidaknya saat ini belum berambisi menjadi presiden. Ketika Pemilu 2004, sikapnya sempat disalahartikan para wartawan, hingga ditulis di media siap menjadi calon presiden. Fotonya juga dijejerkan dengan anak-anak Soekarno lain yang mencalonkan diri.

"Waktu itu saya ditanya wartawan, saya jawab, 'Insya Allah'," katanya menjelaskan peristiwa itu. Padahal berniat saja belum. Walau cuma kesalahpaman, tapi menurutnya berita itu sempat kubu salah satu kakaknya yang mencalonkan diri, menjadi meradang.

Tentang mitos satrio piningit, Gempar mencoba menyikapinya secara lebih bijaksana. Satrio piningit menurutnya adalah bentuk kepemimpinan yang mampu mendatangkan pembaruan dan kemakmuran kepada rakyat. Bisa saja mulai dari Hayam Wuruk, Amangkurat I, Soekarno, termasuk Soeharto. "Kalau saya disebut begitu, 'amin' sajalah. Kan tidak rugi disebut satrio piningit." Kata Gempar santai.

Soekarno Minta Disuapi
Dalam ingatan Jetje Langelo, seperti diceritakan Gempar Soekarno Putra, Soekarno merupakan pribadi yang menarik, kharismatis, dan berwibawa. Pembawaan itu yang membuat Jetje takluk pada kemauan Sang Proklamator untuk mengawininya, meski sebenarnya Soekarno telah memiliki Ibu Negara, Fatmawati. Jetje yang berdarah Minahasa, penganut Kristen taat pula, akhirnya mau menikah dengan cara Islam.

Namun di balik sosok salah satu pemimpin yang amat disegani di dunia itu, Soekarno ternyata amat romantis dan manja. Jika berkunjung ke Manado dan menemui istrinya, ia selalu minta untuk dilayani sepenuhnya. Di kamar yang selalu berbau wangi bunga melati, tidak seorang pun boleh masuk. Saat mandi, hanya Jetje yang boleh menyiapkan bak mandi, menggosok dan mengelap dengan handuk.

Begitu pula saat acara makan. Saat berdua saja dengan istrinya, Soekarno selalu minta agar istrinya mencoba dulu makanan dan minuman yang akan dimakannya. Bahkan pernah suatu kali, karena Soekarno sibuk membaca, Jetje diminta untuk menyuapinya. Persis seperti anak kecil yang manja, begitu menurut penuturan Gempar.

Dimuat di: Majalah INTISARI, November 2009
Foto: Sabar Basuki/INTISARI

Jumat, 13 April 2012

Partai NasDem Berpeluang Usung JK

Polhukam / Kamis, 12 April 2012 12:49 WIB
Metrotvnews.com, Jakarta: Politikus Golkar Jusuf Kalla merupakan tokoh yang paling berpeluang untuk tetap maju sebagai calon presiden walau tidak dicalonkan partainya sendiri. Pengamat politik Burhanuddin Muhtadi mengatakan JK, panggilan Jusuf Kalla, berpeluang dicalonkan partai lain seperti Partai NasDem.

"Mungkin saja (dicalonkan melalui partai lain). Yang paling mungkin menggaetnya (Partai) NasDem," kata Burhan kepada Mediaindonesia.com, Jakarta, Kamis (12/4).
Melihat oligarki yang berkembang, kata Burhan, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie akan dipaksakan untuk maju sebagai capres dari internal.

"Apalagi Ical terpilih sebagai ketua umum tanpa dukungan dari JK. Bisa jadi JK tidak mendapatkan tempat menjadi capres dari partainya sendiri," ujar peneliti senior Lembaga Survei Indonesia tersebut.

Namun, pencalonan presiden akan bergantung dari hasil akhir presidential threshold yang tertuang dalam UU Pemilu. "Kalau sampai 20 persen tentu akan membuat pilihan capres makin kecil karena berat (syaratnya)," ujarnya.

Sebaliknya, jika kecil, pilihan calon presiden akan lebih variatif bagi masyarakat. "Kalau kecil, kemungkinan akan muncul banyak calon, termasuk JK yang dicalonkan melalui partai lain," kata Burhan.

Burhan menambahkan Partai NasDem telah menjelma sebagai pesaing Golkar saat ini, terutama di wilayah Sumatra bagian utara. "Yang pasti di Sumatra bagian utara (Aceh, Sumut, Sumbar), Golkar punya pesaing baru, yaitu Partai Nasdem. Bahkan, suara Sumatra Barat itu sudah jadi Partai Nasdem," kata Burhan. (MI/ICH)

Kamis, 12 April 2012

Presiden SBY Takut Sama PKS


 11 April 2012
JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Lambannya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam memastikan nasib menteri-menteri PKS dinilai karena ada ketakukan kalau PKS akan mendapatkan simpati publik.
Peneliti Lembaga Survei Indonesia, Burhanudin Muhtadi, menjelaskan alasan tersebut membuat SBY tidak segera mengambil sikap untuk mengusir PKS dari kursi menteri.
Persoalannya serius. Presiden SBY tahu kalau PKS ditendang malah akan membesarkan PKS,” ujar Burhanudin, saat menjadi pembicara dalam bedah buku bertajuk “Dilema PKS, Syariah atau Suara” di kampus 2 Universitas Islam Negeri, Jakarta, Selasa (10/4).
Burhanudin menjelaskan simpati warga bahwa PKS merupakan partai terzalimi akibat menolak kenaikan harga BBM akan menguntungkan PKS dalam kompetisi pemilu 2014 mendatang.
Kegundahan SBY, ujarnya, semakin menjadi karena di dalam barisan koalisi cuma Partai Golkar yang merupakan partai besar.
“Golkar pun bukan good boy. Banyak pembangkangan yang dilakukan,” tegasnya. Oleh karena itu, tutur Burhanudin, pemerintah akan mengalami ketergantungan dengan Partai Golkar dalam meraih dukungan suara di parlemen. Kesempatan tersebut, ujarnya, akan digunakan Partai Golkar untuk bermain mata dengan oposisi seperti PDIP.
Terkait dengan sikap PKS yang selalu kritis dalam koalisi, Burhanudin menjelaskan akan tetap didukung oleh para konstituennya. Menurutnya, konstituen PKS merupakan massa tingkat menengah yang terdidik. Sehingga, mereka memiliki ekspektasi yang tinggi terkait dengan kritik PKS kepada pemerintah. “Kalau manut-manut saja di koalisi malah makin banyak yang lari,” tegasnya. (red)