PetaPolitik.Com – Geger peristiwa pembantaian petani di
Kecamatan Mesuji Timur, Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung tidak lepas
dari peran mayjend (purn) Saurip Kadi.
Pensiunan jenderal kelahiran Brebes Jawa Tengah inilah yang berinisiatf membawa para petani yang bersengketa lahan dengan PT Silva Inhutani menemui anggota DPR terutama Komisi III untuk mengadukan nasibnya.
Dalam pertemuan itu Komisi III DPR dipimpin oleh Bambang Soesatyo politisi dari Partai Golkar yang juga merupakan orang kepercayaan Aburizal Bakrie. Selama pertemuan itu dibeberkan rekaman video yang kemudian membuat geger masyarakat luas. Tanpa membuang waktu, DPR membentuk tim investigasi untuk mencari tahu akar persoalan dan peristiwa yang sesungguhnya terjadi. Di sisi lain, pemerintah pun bergerak cepat dengan membentuk tim pencari fakta yang dipimpin Denny Indrayana (Wakil Menteri Hukum dan HAM).
Sepintas seperti memang itulah yang seharusnya dilakukan DPR maupun pemerintah dalam merespon beragam kejadian yang menimpa masyarakat. Tapi bila disimak secara cermat, polah DPR atau pun tindakan pemerintah dalam peristiwa pembantaian petani di Lampung itu terasa kental aroma politiknya.
Merunut kebelakang beberapa bulan lalu tepat pada 7 April 2011 ada sekolompok orang yang menamakan dirinya Dewan Penyelamat Negara menemui Aburizal Bakrie di Wisma Bakrie, Kuningan, Jakarta. Dalam pertemuan tertutup dengan Ketua Umum Partai Golkar itu ternyata ada juga mayjend (purn) Saurip Kadi sebagai salah satu anggota Dewan Penyelamat Negara. Anggota Dewan penyelemat Negara lainnya yang turut ikut antara lain Effendi Choirie, Laode Ida, dan Hatta Taliwang.
Dewan Penyelamat Negara dideklarasikan pada 10 Februari 2011 lalu yang bertujuan untuk untuk menyelamatkan Indonesia yang dalam kondisi memprihatinkan. Banyak tokoh terutama yang berseberangan dengan pemerintah masuk menjadi anggotanya. Ditenggarai mayjend (purn) Saurip Kadi memegang peranan penting dalam pembentukan dewan ini.
Tidak tanggung-tanggung, mantan Asisten Teritorial Kepala Staf TNI-AD itu yang menggerakkan beberapa anggota DPR dan DPD untuk mendukung keberadaan Dewan Penyelamat Negara. Dalam beberapa kali pertemuan internal Dewan Penyelamat Negara di DPR itulah mayjend (purn) Saurip Kadi terlihat aktif menjadi narasumber sekaligus jurubicara.
Mayjend (purn) Saurip Kadi merupakan lulusan akademi militer (akmil) angkatan 1973. Seangkatan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, almarhum Agus Wirahadikusuma dan Prabowo Subianto. Bila banyak alumni akmil angkatan 1973 yang menginduk ke Susilo Bambang Yudhoyono atau Prabowo Subianto maka tidak demikian dengan Saurip Kadi. Sosok tentara yang berlatarbelakang dari korps perhubungan ini malah dekat dengan almarhum Agus Wirahadikusuma.
Itulah sebabnya sepak terjang mayjend (purn) Saurip Kadi terlihat lebih sering menyerang pemerintahan di bawah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam posisi inilah banyak pihak yang mengambil poisisi berseberangan dengan pemerintah kerap memanfaatkan jaringan dan kemampuan politik Saurip Kadi.
Belum lama ini, Aburizal Bakrie yang bersiap akan maju sebagai calon presiden dari Partai Golkar telah mengumpulkan sejumlah purnawirawan jenderal untuk masuk sebagai tim suksesnya. Dalam tim sukses ini terdapat beberapa nama beken seperti Jendral (Purn) Subagyo Hadisiswoyo, Jenderal (Purn) Fahrul Razi, Letjend (purn) Luhut Binsar Pandjaitan, Letjend (Purn) Johny Lumintang, dan Letjend (Purn) Soemardi. Dikabarkan mayjend (purn) Saurip Kadi pun masuk dalam tim suksesnya Aburizal Bakrie.
Jadi bila ada seorang purnwiran jenderal yang tidak pernah tugas di Lampung tiba-tiba punya akses dan jaringan di daerah itu tentunya menjadi pertanyaan tersendiri siapa yang memback-upnya. Apalagi dengan mengajak sekelompok petani bisa langsung bertemu dengan Komisi III DPR dimana dalam pertemuan itu dipimpin seorang politisi dari Partai Golkar. Karena selama ini banyak politisi senayan yang sengaja menghindar bila diajak beraudiensi dengan para petani.
Tengok saja aksi ribuan petani yang memperjuangkan nasibnya di DPR ternyata tidak pernah diajak bicara oleh anggota dewan terhormat. Para petani itu malah dibiarkan keleleran di depan gedung wakil rakyat. Lebih sedih lagi, hanya untuk numpang buang air kecil saja para petani itu ditolak masuk oleh aparat keamanan. (Leo)
Pensiunan jenderal kelahiran Brebes Jawa Tengah inilah yang berinisiatf membawa para petani yang bersengketa lahan dengan PT Silva Inhutani menemui anggota DPR terutama Komisi III untuk mengadukan nasibnya.
Dalam pertemuan itu Komisi III DPR dipimpin oleh Bambang Soesatyo politisi dari Partai Golkar yang juga merupakan orang kepercayaan Aburizal Bakrie. Selama pertemuan itu dibeberkan rekaman video yang kemudian membuat geger masyarakat luas. Tanpa membuang waktu, DPR membentuk tim investigasi untuk mencari tahu akar persoalan dan peristiwa yang sesungguhnya terjadi. Di sisi lain, pemerintah pun bergerak cepat dengan membentuk tim pencari fakta yang dipimpin Denny Indrayana (Wakil Menteri Hukum dan HAM).
Sepintas seperti memang itulah yang seharusnya dilakukan DPR maupun pemerintah dalam merespon beragam kejadian yang menimpa masyarakat. Tapi bila disimak secara cermat, polah DPR atau pun tindakan pemerintah dalam peristiwa pembantaian petani di Lampung itu terasa kental aroma politiknya.
Merunut kebelakang beberapa bulan lalu tepat pada 7 April 2011 ada sekolompok orang yang menamakan dirinya Dewan Penyelamat Negara menemui Aburizal Bakrie di Wisma Bakrie, Kuningan, Jakarta. Dalam pertemuan tertutup dengan Ketua Umum Partai Golkar itu ternyata ada juga mayjend (purn) Saurip Kadi sebagai salah satu anggota Dewan Penyelamat Negara. Anggota Dewan penyelemat Negara lainnya yang turut ikut antara lain Effendi Choirie, Laode Ida, dan Hatta Taliwang.
Dewan Penyelamat Negara dideklarasikan pada 10 Februari 2011 lalu yang bertujuan untuk untuk menyelamatkan Indonesia yang dalam kondisi memprihatinkan. Banyak tokoh terutama yang berseberangan dengan pemerintah masuk menjadi anggotanya. Ditenggarai mayjend (purn) Saurip Kadi memegang peranan penting dalam pembentukan dewan ini.
Tidak tanggung-tanggung, mantan Asisten Teritorial Kepala Staf TNI-AD itu yang menggerakkan beberapa anggota DPR dan DPD untuk mendukung keberadaan Dewan Penyelamat Negara. Dalam beberapa kali pertemuan internal Dewan Penyelamat Negara di DPR itulah mayjend (purn) Saurip Kadi terlihat aktif menjadi narasumber sekaligus jurubicara.
Mayjend (purn) Saurip Kadi merupakan lulusan akademi militer (akmil) angkatan 1973. Seangkatan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, almarhum Agus Wirahadikusuma dan Prabowo Subianto. Bila banyak alumni akmil angkatan 1973 yang menginduk ke Susilo Bambang Yudhoyono atau Prabowo Subianto maka tidak demikian dengan Saurip Kadi. Sosok tentara yang berlatarbelakang dari korps perhubungan ini malah dekat dengan almarhum Agus Wirahadikusuma.
Itulah sebabnya sepak terjang mayjend (purn) Saurip Kadi terlihat lebih sering menyerang pemerintahan di bawah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam posisi inilah banyak pihak yang mengambil poisisi berseberangan dengan pemerintah kerap memanfaatkan jaringan dan kemampuan politik Saurip Kadi.
Belum lama ini, Aburizal Bakrie yang bersiap akan maju sebagai calon presiden dari Partai Golkar telah mengumpulkan sejumlah purnawirawan jenderal untuk masuk sebagai tim suksesnya. Dalam tim sukses ini terdapat beberapa nama beken seperti Jendral (Purn) Subagyo Hadisiswoyo, Jenderal (Purn) Fahrul Razi, Letjend (purn) Luhut Binsar Pandjaitan, Letjend (Purn) Johny Lumintang, dan Letjend (Purn) Soemardi. Dikabarkan mayjend (purn) Saurip Kadi pun masuk dalam tim suksesnya Aburizal Bakrie.
Jadi bila ada seorang purnwiran jenderal yang tidak pernah tugas di Lampung tiba-tiba punya akses dan jaringan di daerah itu tentunya menjadi pertanyaan tersendiri siapa yang memback-upnya. Apalagi dengan mengajak sekelompok petani bisa langsung bertemu dengan Komisi III DPR dimana dalam pertemuan itu dipimpin seorang politisi dari Partai Golkar. Karena selama ini banyak politisi senayan yang sengaja menghindar bila diajak beraudiensi dengan para petani.
Tengok saja aksi ribuan petani yang memperjuangkan nasibnya di DPR ternyata tidak pernah diajak bicara oleh anggota dewan terhormat. Para petani itu malah dibiarkan keleleran di depan gedung wakil rakyat. Lebih sedih lagi, hanya untuk numpang buang air kecil saja para petani itu ditolak masuk oleh aparat keamanan. (Leo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar