TRIBUNnews.com – 2 jam 46 menit lalu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) menyita sebuah surat yang menyebutkan Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) menerima aliran dana Pemilihan Presiden 2009. Namun tidak
disebutkan aliran dana tersebut berasal darimana.
Ma'mun Murod, Juru Bicara Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI),
mengatakan surat tersebut berasal dari seorang pegawai KPK kepada Anas
Urbaningrum yang isinya menyebutkan, bahwa dalam BAP Nazaruddin tersebut
nama Susilo Bambang Yudhoyono
"Pada mulanya surat ini tidak akan pernah disampaikan oleh Mas Anas,
karena surat ini rahasia tapi tenyata kemudian digeledah ditemukan KPK
dan kemudian surat ini dibawa KPK, maka kami merasa penting surat ini
harus dibacakan secara utuh," ujar juru bicara PPI, Ma'mun Murod.
Berikut isi surat yang disita KPK berdasarkan yang dibacakan Ma'mun Murod di kediaman Anas, Selasa (12/11/2013) malam.
"Kepada yth bapak Anas urbaningrum di tempat, sebelumnya saya mohon maaf
dengan surat ini dan untuk kebaikan saya dan menjaga kerahasiaan ini
maaf saya tidak menyebut ID saya yang sebenarnya. Saya adalah pegawai
biasa di KPK.
Pak anas yang lugu dan polos, politik itu memang benar sadis dan tidak
ada hati nurani. Teman, kerabat, tidak heran kalau itu musuh dan lawan
politik. Termasuk Pak Anas adalah korban politik dari petinggi-petinggi
di internal sendiri (tentu dimaksud adalah petinggi demokrat, 'kutipan
Ma'mun') dan dibalik ini semua adalah Pak SBY dengan kroni-kroninya.
Masalah bocor sprindik saya tersenyum tapi hati saya terluka. Pak Anas,
saya adalah pengagum Pak Anas, dan dibelakang Pak Anas banyak yang
support, dan kita siap mendukung perlawanan politik ini. Termasuk
mahasiswa, kita sudah mulai gagas agar kebenaran itu siap kita dukung.
Pak Anas, ada hal yang penting saya informasikan. Di KPK itu ada surat
pemeriksaan bendahara demokrat Nazarudin. Dalam BAP tersebut, Nazarudin
melaporkan, di mana Pak SBY menerima dana untuk kampanye Pilpres 2009.
BAP tersebut sudah ditandatangani Nazarudin. Tapi, sampai sekarang ini,
tidak pernah diangkat KPK. Dan tidak langsung diteruskan, sampai
sekarang. Mungkin nanti bisa saya kasih soft copynya, ke Pak Anas.
Mungkin ini bisa sebagai amunisi perlawanan politik buat Bapak. Demikian
surat ini saya buat sebagai bentuk pendukung dan pengagum Pak Anas.
Akhir kata saya ucapkan maju terus, kebenaran pasti terungkap."
Di bawah pernyataan tersebut ada nomor handphone di pengirim surat,
namun untuk tujuan kerahasiaan tidak disebutkan oleh Ma'mun. Menurut
Ma'mun isi surat tersebut membuktikan bagaimana KPK telah bertindak
tebang pilih dan tidak proporsional dalam melakukan pemberantasan
korupsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar